Posting lalu kita telah membicarakan tentang pengertian teknologi dan definisi dari teknologi pendidikan, secara luas. Pada posting ini, akan dijelaskan tentang aplikasi dan analisis tentang teknologi pendidikan.
Apabila konsep atau pengertian teknologi pendidikan kita analisis, kita akan memperoleh pedoman umum aplikasi sebagai berikut :
1. Memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang psikologi, komunikasi,
manajemen, rekayasa, dan lain-lain secara bersistem.
2. Memecahkan masalah belajar pada manusia secara menyeluruh dan serempak, dengan memerhatikan dan mengkaji semua kondisi dan saling kaitan diantaranya.
3. Digunakannya teknologi sebagai proses dan produk untuk membantu
memecahkan masalah belajar.
4. Timbulnya daya lipat atau efek sinergi, di mana penggabungan pendekatan
dan atau unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekadar penjumlahan.
Demikian pula pemecahan secara menyeluruh dan serempak akan mempunyai
nilai lebih daripada memecahkan masalah secara terpisah. Teknologi pembelajaran memiliki lima kawasan yang menjadi bidang garapnya, baik sebagai objek formal maupun objek materinya, yaitu desain, pengembangan, pemanfaatan, pengolahan, evalusi sumber dan proses belajar. Oleh karenanya aplikasi teknologi pembelajaran juga tidak terlepas dari lima kawasan tersebut. Seels dan Richey (1994) menjelaskan bahwa demi menjaga keutuhan definisi (teknologi pembelajaran) kegiatan-kegiatan dalam setiap kawasan teknologi pembelajaran dapat dikaitkan baik kepada proses maupun sumber pembelajaran.
Masih menurut Seels dan Richey (1994), dalam Teknologi Pembelajaran praktik sangat berpengaruh terhadap evolusi bidang tersebut, bahkan lebih besar daripada teorinya. Mempraktikkan Teknologi pembelajaran akan berhadapan dengan elemen-elemen yang memudahkan atau menyulitkan praktik itu sendiri. Elemen-elemen tersebut yaitu: 1) jenis materi pembelajaran; 2) sifat atau karakteristik pembelajar; 3) organisasi di mana pembelajaran berlangsung; 4) kemampuan sarana yang tersedia; dan 5) keahlian para praktisi.
Dimensi praktik teknologi pembelajaran sejalan dengan perkembangan teknologi. Pada tahun 30-an ketika komputer elektronik pertama berhasil diciptakan, teknologi pembelajaran berkembang pesat sejalan dengan teknologi tersebut. Teknologi ini melahirkan berbagai alat yang merubah dunia dalam berbagai aspeknya, mulai dari bom atom dalam mengakhiri Perang Dunia II hingga Internet sebagai jaringan informasi publik global yang mampu menghubungkan jutaan orang di seluruh penjuru dunia hanya melalui komputer yang terhubung dengan jaringan. Fenomena yang juga banyak disebut sebagai revolusi digital inilah yang mampu meyakinkan banyak orang bahwa peradaban umat manusia akan segera memasuki sebuah era baru yang diintrodusir sebagai era informasi.
Seiring dengan perkembangan pesat Teknologi Pembelajaran tersebut, berkembang pula tempat kerja para teknolog pembelajaran. Hal ini juga mempunyai dampak terhadap keyakinan, nilai-nilai dan prioritas dalam bidang teknologi pembelajaran. Dampak ini pada akhirnya juga mempengaruhi perkembangan pola dan ragam praktik teknologi pendidikan, namun hal ini tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap struktur dasar bidang studi. Kelima kawasan umum dalam Teknologi Pembelajaran masih tetap sesuai dengan konteks masing-masing kerja.Dampak kecil tersebut umumnya dapat diamati pada sumber yang digunakan, isi yang digarap, dan kadang-kadang proses yang dilaksanakan. Teknologi Pembelajaran telah berkembang dari ‘sekedar keterampilan’ menjadi profesi dan kemudian menjadi bidang kajian.
Perlu diperhatikan dalam perkembangan pesat teknologi pembelajaran ini, salah satunya adalah praktik teknologi pembelajaran harus tetap memperhatikan kawasan dan memegang konsep utama yang membatasinya serta memanfaatkan dukungan dari pelbagai ilmu lain yang relevan (Atwi Suparman dalam Budiningsih, 2000).9 Miarso (2004) menambahkan bahwa teknologi, termasuk teknologi pendidikan harus memililiki ciri: 1) proses untuk meningkatkan nilai tambah (added values); 2) menghasilkan dan memanfaatkan produk yang bervariasi dan semakin canggih; dan 3) interaksi proses dan produk tersebut sebagai suatu sistem dengan lingkungannya sebagai suatu sistem yang lebih luas.Berkaitan dengan kawasan dan konsep utama serta ciri teknologi pembelajaran, tema makalah ini berada di kawasan Desain, dengan fokus pada Desain Sistem Pembelajaran (DSP). Desain Sistem Pembelajaran adalah prosedur yang terorganisasi yang meliputi langkah-langkah penganalisaan, perancangan pengembangan, pengaplikasian dan penilain pembelajaran. Penganalisaan adalah adalah proses perumusan apa yang akan dipelajari; perancangan adalah proses penjabaran bagaimana hal tersebut akan dipelajari; pengembangan adalah proses penulisan dan pembuatan atau produksi bahan-bahan pembelajaran; pelaksanaan adalah pemanfaatan bahan dan strategi yang bersangkutan; dan penilaian adalah proses penentuan ketepatan pembelajaran.
Aplikasi teknologi pendidikan secara khusus dalam PSDM terlalu banyak untuk disebutkan satu per satu dalam tulisan ini. Pada tahun 1980 AECT (sebagai organisasi profesi Teknologi Pendidikan yang berpusat di Amerika Serikat) bekerja sama dengan NSPI (National Society for Performance of Instruction) membentuk suatu joint task force untuk menyusun standar dalam bidang desain dan pengembangan instruksional, khususnya untuk keperluan PSDM. Joint task force ini kemudian dilebur dalam suatu lembaga baru yang disebut International Board of Standards for Training, Performance, and Instruction (IBSTPI) pada tahun 1985. IBSTPI antara lain merumuskan kompetensi dasar bagi instruktur PSDM, yaitu :
1. Menganalisis bahan belajar dan informasi pembelajar.
2. Mempersiapkan tempat untuk kegiatan instruksional.
3. Menentukandan mempertahankan kredibiltas instruktur.
4. Mengelola lingkungan belajar.
5. Mendemonstrasikan keterampilan berkomunikasi yang efektif.
6. Mendemonstrasikan keterampilan presentasi yang efektif
7. Mendemonstrasikan keterampilan dan teknik bertanya yang efektif.
8. Merespons kebutuhan belajar dengan senantiasa mengusahakan umpan balik.
9. Memberikan penguatan dan dorongan untuk belajar.
10. Menggunakan metode instruksional dengan semestinya.
11. Menggunakan media instruksional secara efektif.
12. Mengevaluasi kinerja pembelajar.
13. Mengevaluasi pembelajaran.
14. Melaporkan hasil penilaian.
Apabila kita memakai pendekatan dengan menganalisis model kawasan teknologi pendidikan, aplikasi itu dapat berupa pelaksanaan fungsi pengembangan pendidikan / instruksional meliputi :
1. Pengakajian karakteristik dan kondisi SDM.
2. Pengkajian kemampuan SDM yang diharapkan.
3. Pengkajian kebutuhan pendidikan/latihan.
4. Perencanaan program pendidikan/latihan.
5. Pengembangan materi pendidikan/latihan.
6. Pembuatan media instruksional.
7. Penyusunan strategi instruksional.
8. Pemilihan dan penerapan teknik pembelajaran.
9. Penyebaran/penyajian pelajaran.
10.Penilaian program, proses, dan hasil pendidikan/latihan.
Sistem pembelajaran yang inovatif, sebagai bentuk penerapan konsep teknologi pendidikan, telah berhasil diciptakan dan bahkan dilembagakan dalam system pendidikan nasional. System itu antara lain adalah Sekolah Dasar PAMONG( Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang tua, dan Guru), Sekolah Dasar Kecil, SMP Terbuka, serta system pembelajaran jarak jauh yang sekarang ini telah dilaksanakan/direncanakan oleh berbagai lembaga pendidikan dan latihan seperti diLembaga Pendidikan Perbankan (LPPI), PT Telkom, departemen Kesehatan, Departemen Penerangan, Departemen Pekerjaan Umum, dan sebagainya.Berbagai komponen teknologi pendidikan seperti media, teknik pembelajaran, pengembangan pembelajaran, dan sebagainya telah pula dilakukan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan, seperti misalnya di Pusdiklat TNI-AD dan AU, Balai Latihan Kerja Departemen Tenaga Kerja, Pusdiklat Garuda, Pusdiklat Bulog, dan sejumlah pusdiklat lain. Di kalangan perguruan tinggi teknologi pendidikan telah dan sedang dimanfaatkan di IPB, ITB, UNDIP, UGM, UNS, UNAIR, ITS, UNHAS, UNLAM, UNPATI, UNTAD, UNHALU, UNSRAT, UNCEN, IKIP Medan, IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Ujung Pandang. Tak terhitung lagi pemanfaatannya di sekolah dasar dan menengah serta satuan pendidikan lain. Yang terakhir ini berkembang dengan adanya siaran televise pendidikan.
Sebagaimana tercantum dalam UUSPN Pasal 30 setiap tenaga kependidikan yang bekerja pada satuan pendidikan mempunyai hak untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan yang lain dalam melaksanakan tugasnya. Sarana, prasarana, dan fasilitas pendidian itu perlu disediakan, dikembangkan dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya supaya diperoleh efektifitas dan efisiensi yang tinggi. Media pendidikan sebagai salah satu bentuk sarana pendidikan telah pula ditentukan dalam GBHN 1988 untuk terus dikembangkan dan dimanfaatkan (MPR- RI, 1988 : halaman. 70) Jelaslah bahwa untuk membantu memecahkan masalah pendidikan dan pelatihan dengan kondisi unik Indonesia, serta untuk menyerasikan perkembangan teknologi dengan dampak globalisasi, diperlukan usaha sinergistik yang memadukan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi, informasi, dan social- ekonomi. Kesemuanya ini merupakan bidang kompetensi teknologi pendidikan. Untuk itu mutlak diperlukan tenaga profesi yang mahir dan ahli dalam teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan merupakan suatu disiplin terapan, artinya ia berkembang karena adanya kebutuhan di lapangan, yaitu kebutuhan untuk belajar lebih efektif, lebih efesien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat, dan sebagainya. Untuk itu ada produk yang sengaja dibuat ada yang ditemukan dan di manfaatkan. Namun perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang sangat pesat akhir- akhir ini dan menawarkan sejumlah kemungkinan yang semula tidak terbayangkan, telah membalik cara berpikir kita dengan “ bagaimana menganbil manfaat teknologi tersebut untuk mengatasi masalah belajar “.
Berkembangnya penerapan teknologi pendidikan boleh dikatakan berasal dari Amerika Serikat. Pada awal perkembangan sekitar ratusan tahun yang lalu teknologi itu dikenal sebagai cara mengajar dengan menggunakan alat peraga hasil buatan sendiri oleh guru di sekolah. Tiga puluh tahun kemudian (sekitar tahun 1930) penggunaan alat peraga itu berkembang dengan diproduksinya secara massal media belajar-pengajaran untuk digunakan disekolah secara meluas. Sepuluh tahun kemudian, saat Amereka Serikat terlibat dalam PD II, diperlukan banyak sekali tenaga terampil dalam mengoperasikan dan menangani peralatan perang. Untuk itu diperlukan latihan yang efektif dalam waktu yang pendek dan dapat diulang sesering mungkin. Dikembangkanlah cara pelatihan dengan menggunakan berbagai media dan simulator untuk keperluan pelatihan personel angkatn bersenjata tersebut. Mulailah dikenal istilah teknologi kinerja (performance technology). Seusai PD II mulai dikembangkan pengalaman di kalangan angkatan bersenjata tersebut untuk keperluan pendidikan dan pelatihan. Dalam lingkungan sekolah dan perguruan tinggi mulai dibangun suatu lembaga yang dipisahkan dari perpustakaan, dengn menyediakan dan mengembangkan media pengajaran dan diberi nama Pusat Sumber Belajar. Program studi atau keahlian dalam teknologi pendidikan mulai dibuka di beberapa perguruan tinggi di Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada.
Lanjutkan ... → Teknologi Pendidikan dan Aplikasinya ... (2)
Apabila konsep atau pengertian teknologi pendidikan kita analisis, kita akan memperoleh pedoman umum aplikasi sebagai berikut :
1. Memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang psikologi, komunikasi,
manajemen, rekayasa, dan lain-lain secara bersistem.
2. Memecahkan masalah belajar pada manusia secara menyeluruh dan serempak, dengan memerhatikan dan mengkaji semua kondisi dan saling kaitan diantaranya.
3. Digunakannya teknologi sebagai proses dan produk untuk membantu
memecahkan masalah belajar.
4. Timbulnya daya lipat atau efek sinergi, di mana penggabungan pendekatan
dan atau unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekadar penjumlahan.
Demikian pula pemecahan secara menyeluruh dan serempak akan mempunyai
nilai lebih daripada memecahkan masalah secara terpisah. Teknologi pembelajaran memiliki lima kawasan yang menjadi bidang garapnya, baik sebagai objek formal maupun objek materinya, yaitu desain, pengembangan, pemanfaatan, pengolahan, evalusi sumber dan proses belajar. Oleh karenanya aplikasi teknologi pembelajaran juga tidak terlepas dari lima kawasan tersebut. Seels dan Richey (1994) menjelaskan bahwa demi menjaga keutuhan definisi (teknologi pembelajaran) kegiatan-kegiatan dalam setiap kawasan teknologi pembelajaran dapat dikaitkan baik kepada proses maupun sumber pembelajaran.
Masih menurut Seels dan Richey (1994), dalam Teknologi Pembelajaran praktik sangat berpengaruh terhadap evolusi bidang tersebut, bahkan lebih besar daripada teorinya. Mempraktikkan Teknologi pembelajaran akan berhadapan dengan elemen-elemen yang memudahkan atau menyulitkan praktik itu sendiri. Elemen-elemen tersebut yaitu: 1) jenis materi pembelajaran; 2) sifat atau karakteristik pembelajar; 3) organisasi di mana pembelajaran berlangsung; 4) kemampuan sarana yang tersedia; dan 5) keahlian para praktisi.
Dimensi praktik teknologi pembelajaran sejalan dengan perkembangan teknologi. Pada tahun 30-an ketika komputer elektronik pertama berhasil diciptakan, teknologi pembelajaran berkembang pesat sejalan dengan teknologi tersebut. Teknologi ini melahirkan berbagai alat yang merubah dunia dalam berbagai aspeknya, mulai dari bom atom dalam mengakhiri Perang Dunia II hingga Internet sebagai jaringan informasi publik global yang mampu menghubungkan jutaan orang di seluruh penjuru dunia hanya melalui komputer yang terhubung dengan jaringan. Fenomena yang juga banyak disebut sebagai revolusi digital inilah yang mampu meyakinkan banyak orang bahwa peradaban umat manusia akan segera memasuki sebuah era baru yang diintrodusir sebagai era informasi.
Seiring dengan perkembangan pesat Teknologi Pembelajaran tersebut, berkembang pula tempat kerja para teknolog pembelajaran. Hal ini juga mempunyai dampak terhadap keyakinan, nilai-nilai dan prioritas dalam bidang teknologi pembelajaran. Dampak ini pada akhirnya juga mempengaruhi perkembangan pola dan ragam praktik teknologi pendidikan, namun hal ini tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap struktur dasar bidang studi. Kelima kawasan umum dalam Teknologi Pembelajaran masih tetap sesuai dengan konteks masing-masing kerja.Dampak kecil tersebut umumnya dapat diamati pada sumber yang digunakan, isi yang digarap, dan kadang-kadang proses yang dilaksanakan. Teknologi Pembelajaran telah berkembang dari ‘sekedar keterampilan’ menjadi profesi dan kemudian menjadi bidang kajian.
Perlu diperhatikan dalam perkembangan pesat teknologi pembelajaran ini, salah satunya adalah praktik teknologi pembelajaran harus tetap memperhatikan kawasan dan memegang konsep utama yang membatasinya serta memanfaatkan dukungan dari pelbagai ilmu lain yang relevan (Atwi Suparman dalam Budiningsih, 2000).9 Miarso (2004) menambahkan bahwa teknologi, termasuk teknologi pendidikan harus memililiki ciri: 1) proses untuk meningkatkan nilai tambah (added values); 2) menghasilkan dan memanfaatkan produk yang bervariasi dan semakin canggih; dan 3) interaksi proses dan produk tersebut sebagai suatu sistem dengan lingkungannya sebagai suatu sistem yang lebih luas.Berkaitan dengan kawasan dan konsep utama serta ciri teknologi pembelajaran, tema makalah ini berada di kawasan Desain, dengan fokus pada Desain Sistem Pembelajaran (DSP). Desain Sistem Pembelajaran adalah prosedur yang terorganisasi yang meliputi langkah-langkah penganalisaan, perancangan pengembangan, pengaplikasian dan penilain pembelajaran. Penganalisaan adalah adalah proses perumusan apa yang akan dipelajari; perancangan adalah proses penjabaran bagaimana hal tersebut akan dipelajari; pengembangan adalah proses penulisan dan pembuatan atau produksi bahan-bahan pembelajaran; pelaksanaan adalah pemanfaatan bahan dan strategi yang bersangkutan; dan penilaian adalah proses penentuan ketepatan pembelajaran.
Aplikasi teknologi pendidikan secara khusus dalam PSDM terlalu banyak untuk disebutkan satu per satu dalam tulisan ini. Pada tahun 1980 AECT (sebagai organisasi profesi Teknologi Pendidikan yang berpusat di Amerika Serikat) bekerja sama dengan NSPI (National Society for Performance of Instruction) membentuk suatu joint task force untuk menyusun standar dalam bidang desain dan pengembangan instruksional, khususnya untuk keperluan PSDM. Joint task force ini kemudian dilebur dalam suatu lembaga baru yang disebut International Board of Standards for Training, Performance, and Instruction (IBSTPI) pada tahun 1985. IBSTPI antara lain merumuskan kompetensi dasar bagi instruktur PSDM, yaitu :
1. Menganalisis bahan belajar dan informasi pembelajar.
2. Mempersiapkan tempat untuk kegiatan instruksional.
3. Menentukandan mempertahankan kredibiltas instruktur.
4. Mengelola lingkungan belajar.
5. Mendemonstrasikan keterampilan berkomunikasi yang efektif.
6. Mendemonstrasikan keterampilan presentasi yang efektif
7. Mendemonstrasikan keterampilan dan teknik bertanya yang efektif.
8. Merespons kebutuhan belajar dengan senantiasa mengusahakan umpan balik.
9. Memberikan penguatan dan dorongan untuk belajar.
10. Menggunakan metode instruksional dengan semestinya.
11. Menggunakan media instruksional secara efektif.
12. Mengevaluasi kinerja pembelajar.
13. Mengevaluasi pembelajaran.
14. Melaporkan hasil penilaian.
Apabila kita memakai pendekatan dengan menganalisis model kawasan teknologi pendidikan, aplikasi itu dapat berupa pelaksanaan fungsi pengembangan pendidikan / instruksional meliputi :
1. Pengakajian karakteristik dan kondisi SDM.
2. Pengkajian kemampuan SDM yang diharapkan.
3. Pengkajian kebutuhan pendidikan/latihan.
4. Perencanaan program pendidikan/latihan.
5. Pengembangan materi pendidikan/latihan.
6. Pembuatan media instruksional.
7. Penyusunan strategi instruksional.
8. Pemilihan dan penerapan teknik pembelajaran.
9. Penyebaran/penyajian pelajaran.
10.Penilaian program, proses, dan hasil pendidikan/latihan.
Sistem pembelajaran yang inovatif, sebagai bentuk penerapan konsep teknologi pendidikan, telah berhasil diciptakan dan bahkan dilembagakan dalam system pendidikan nasional. System itu antara lain adalah Sekolah Dasar PAMONG( Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang tua, dan Guru), Sekolah Dasar Kecil, SMP Terbuka, serta system pembelajaran jarak jauh yang sekarang ini telah dilaksanakan/direncanakan oleh berbagai lembaga pendidikan dan latihan seperti diLembaga Pendidikan Perbankan (LPPI), PT Telkom, departemen Kesehatan, Departemen Penerangan, Departemen Pekerjaan Umum, dan sebagainya.Berbagai komponen teknologi pendidikan seperti media, teknik pembelajaran, pengembangan pembelajaran, dan sebagainya telah pula dilakukan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan, seperti misalnya di Pusdiklat TNI-AD dan AU, Balai Latihan Kerja Departemen Tenaga Kerja, Pusdiklat Garuda, Pusdiklat Bulog, dan sejumlah pusdiklat lain. Di kalangan perguruan tinggi teknologi pendidikan telah dan sedang dimanfaatkan di IPB, ITB, UNDIP, UGM, UNS, UNAIR, ITS, UNHAS, UNLAM, UNPATI, UNTAD, UNHALU, UNSRAT, UNCEN, IKIP Medan, IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Ujung Pandang. Tak terhitung lagi pemanfaatannya di sekolah dasar dan menengah serta satuan pendidikan lain. Yang terakhir ini berkembang dengan adanya siaran televise pendidikan.
Sebagaimana tercantum dalam UUSPN Pasal 30 setiap tenaga kependidikan yang bekerja pada satuan pendidikan mempunyai hak untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan yang lain dalam melaksanakan tugasnya. Sarana, prasarana, dan fasilitas pendidian itu perlu disediakan, dikembangkan dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya supaya diperoleh efektifitas dan efisiensi yang tinggi. Media pendidikan sebagai salah satu bentuk sarana pendidikan telah pula ditentukan dalam GBHN 1988 untuk terus dikembangkan dan dimanfaatkan (MPR- RI, 1988 : halaman. 70) Jelaslah bahwa untuk membantu memecahkan masalah pendidikan dan pelatihan dengan kondisi unik Indonesia, serta untuk menyerasikan perkembangan teknologi dengan dampak globalisasi, diperlukan usaha sinergistik yang memadukan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi, informasi, dan social- ekonomi. Kesemuanya ini merupakan bidang kompetensi teknologi pendidikan. Untuk itu mutlak diperlukan tenaga profesi yang mahir dan ahli dalam teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan merupakan suatu disiplin terapan, artinya ia berkembang karena adanya kebutuhan di lapangan, yaitu kebutuhan untuk belajar lebih efektif, lebih efesien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat, dan sebagainya. Untuk itu ada produk yang sengaja dibuat ada yang ditemukan dan di manfaatkan. Namun perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang sangat pesat akhir- akhir ini dan menawarkan sejumlah kemungkinan yang semula tidak terbayangkan, telah membalik cara berpikir kita dengan “ bagaimana menganbil manfaat teknologi tersebut untuk mengatasi masalah belajar “.
Berkembangnya penerapan teknologi pendidikan boleh dikatakan berasal dari Amerika Serikat. Pada awal perkembangan sekitar ratusan tahun yang lalu teknologi itu dikenal sebagai cara mengajar dengan menggunakan alat peraga hasil buatan sendiri oleh guru di sekolah. Tiga puluh tahun kemudian (sekitar tahun 1930) penggunaan alat peraga itu berkembang dengan diproduksinya secara massal media belajar-pengajaran untuk digunakan disekolah secara meluas. Sepuluh tahun kemudian, saat Amereka Serikat terlibat dalam PD II, diperlukan banyak sekali tenaga terampil dalam mengoperasikan dan menangani peralatan perang. Untuk itu diperlukan latihan yang efektif dalam waktu yang pendek dan dapat diulang sesering mungkin. Dikembangkanlah cara pelatihan dengan menggunakan berbagai media dan simulator untuk keperluan pelatihan personel angkatn bersenjata tersebut. Mulailah dikenal istilah teknologi kinerja (performance technology). Seusai PD II mulai dikembangkan pengalaman di kalangan angkatan bersenjata tersebut untuk keperluan pendidikan dan pelatihan. Dalam lingkungan sekolah dan perguruan tinggi mulai dibangun suatu lembaga yang dipisahkan dari perpustakaan, dengn menyediakan dan mengembangkan media pengajaran dan diberi nama Pusat Sumber Belajar. Program studi atau keahlian dalam teknologi pendidikan mulai dibuka di beberapa perguruan tinggi di Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada.