Assalamu'alaikum Wr. Wb

Kepada bapak/ibu guru, silahkan kirim artikel pendidikan atau hasil penelitian yang telah di lakukan untuk dimuat di blog ini

Blogroll

RelmaxTop. Free powerful counter for your website

Teknologi Pendidikan dan Aplikasinya ... (2)

Posting lalu kita telah membicarakan tentang pengertian teknologi dan definisi dari teknologi pendidikan, secara luas. Pada posting ini, akan dijelaskan tentang aplikasi dan analisis tentang teknologi pendidikan.

Apabila konsep atau pengertian teknologi pendidikan kita analisis, kita akan memperoleh pedoman umum aplikasi sebagai berikut :
1. Memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang psikologi, komunikasi,
manajemen, rekayasa, dan lain-lain secara bersistem.
2. Memecahkan masalah belajar pada manusia secara menyeluruh dan serempak, dengan memerhatikan dan mengkaji semua kondisi dan saling kaitan diantaranya.
3. Digunakannya teknologi sebagai proses dan produk untuk membantu
memecahkan masalah belajar.
4. Timbulnya daya lipat atau efek sinergi, di mana penggabungan pendekatan
dan atau unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekadar penjumlahan.
Demikian pula pemecahan secara menyeluruh dan serempak akan mempunyai
nilai lebih daripada memecahkan masalah secara terpisah. Teknologi pembelajaran memiliki lima kawasan yang menjadi bidang garapnya, baik sebagai objek formal maupun objek materinya, yaitu desain, pengembangan, pemanfaatan, pengolahan, evalusi sumber dan proses belajar. Oleh karenanya aplikasi teknologi pembelajaran juga tidak terlepas dari lima kawasan tersebut. Seels dan Richey (1994) menjelaskan bahwa demi menjaga keutuhan definisi (teknologi pembelajaran) kegiatan-kegiatan dalam setiap kawasan teknologi pembelajaran dapat dikaitkan baik kepada proses maupun sumber pembelajaran.

Masih menurut Seels dan Richey (1994), dalam Teknologi Pembelajaran praktik sangat berpengaruh terhadap evolusi bidang tersebut, bahkan lebih besar daripada teorinya. Mempraktikkan Teknologi pembelajaran akan berhadapan dengan elemen-elemen yang memudahkan atau menyulitkan praktik itu sendiri. Elemen-elemen tersebut yaitu: 1) jenis materi pembelajaran; 2) sifat atau karakteristik pembelajar; 3) organisasi di mana pembelajaran berlangsung; 4) kemampuan sarana yang tersedia; dan 5) keahlian para praktisi.

Dimensi praktik teknologi pembelajaran sejalan dengan perkembangan teknologi. Pada tahun 30-an ketika komputer elektronik pertama berhasil diciptakan, teknologi pembelajaran berkembang pesat sejalan dengan teknologi tersebut. Teknologi ini melahirkan berbagai alat yang merubah dunia dalam berbagai aspeknya, mulai dari bom atom dalam mengakhiri Perang Dunia II hingga Internet sebagai jaringan informasi publik global yang mampu menghubungkan jutaan orang di seluruh penjuru dunia hanya melalui komputer yang terhubung dengan jaringan. Fenomena yang juga banyak disebut sebagai revolusi digital inilah yang mampu meyakinkan banyak orang bahwa peradaban umat manusia akan segera memasuki sebuah era baru yang diintrodusir sebagai era informasi.

Seiring dengan perkembangan pesat Teknologi Pembelajaran tersebut, berkembang pula tempat kerja para teknolog pembelajaran. Hal ini juga mempunyai dampak terhadap keyakinan, nilai-nilai dan prioritas dalam bidang teknologi pembelajaran. Dampak ini pada akhirnya juga mempengaruhi perkembangan pola dan ragam praktik teknologi pendidikan, namun hal ini tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap struktur dasar bidang studi. Kelima kawasan umum dalam Teknologi Pembelajaran masih tetap sesuai dengan konteks masing-masing kerja.Dampak kecil tersebut umumnya dapat diamati pada sumber yang digunakan, isi yang digarap, dan kadang-kadang proses yang dilaksanakan. Teknologi Pembelajaran telah berkembang dari ‘sekedar keterampilan’ menjadi profesi dan kemudian menjadi bidang kajian.

Perlu diperhatikan dalam perkembangan pesat teknologi pembelajaran ini, salah satunya adalah praktik teknologi pembelajaran harus tetap memperhatikan kawasan dan memegang konsep utama yang membatasinya serta memanfaatkan dukungan dari pelbagai ilmu lain yang relevan (Atwi Suparman dalam Budiningsih, 2000).9 Miarso (2004) menambahkan bahwa teknologi, termasuk teknologi pendidikan harus memililiki ciri: 1) proses untuk meningkatkan nilai tambah (added values); 2) menghasilkan dan memanfaatkan produk yang bervariasi dan semakin canggih; dan 3) interaksi proses dan produk tersebut sebagai suatu sistem dengan lingkungannya sebagai suatu sistem yang lebih luas.Berkaitan dengan kawasan dan konsep utama serta ciri teknologi pembelajaran, tema makalah ini berada di kawasan Desain, dengan fokus pada Desain Sistem Pembelajaran (DSP). Desain Sistem Pembelajaran adalah prosedur yang terorganisasi yang meliputi langkah-langkah penganalisaan, perancangan pengembangan, pengaplikasian dan penilain pembelajaran. Penganalisaan adalah adalah proses perumusan apa yang akan dipelajari; perancangan adalah proses penjabaran bagaimana hal tersebut akan dipelajari; pengembangan adalah proses penulisan dan pembuatan atau produksi bahan-bahan pembelajaran; pelaksanaan adalah pemanfaatan bahan dan strategi yang bersangkutan; dan penilaian adalah proses penentuan ketepatan pembelajaran.

Aplikasi teknologi pendidikan secara khusus dalam PSDM terlalu banyak untuk disebutkan satu per satu dalam tulisan ini. Pada tahun 1980 AECT (sebagai organisasi profesi Teknologi Pendidikan yang berpusat di Amerika Serikat) bekerja sama dengan NSPI (National Society for Performance of Instruction) membentuk suatu joint task force untuk menyusun standar dalam bidang desain dan pengembangan instruksional, khususnya untuk keperluan PSDM. Joint task force ini kemudian dilebur dalam suatu lembaga baru yang disebut International Board of Standards for Training, Performance, and Instruction (IBSTPI) pada tahun 1985. IBSTPI antara lain merumuskan kompetensi dasar bagi instruktur PSDM, yaitu :
1. Menganalisis bahan belajar dan informasi pembelajar.
2. Mempersiapkan tempat untuk kegiatan instruksional.
3. Menentukandan mempertahankan kredibiltas instruktur.
4. Mengelola lingkungan belajar.
5. Mendemonstrasikan keterampilan berkomunikasi yang efektif.
6. Mendemonstrasikan keterampilan presentasi yang efektif
7. Mendemonstrasikan keterampilan dan teknik bertanya yang efektif.
8. Merespons kebutuhan belajar dengan senantiasa mengusahakan umpan balik.
9. Memberikan penguatan dan dorongan untuk belajar.
10. Menggunakan metode instruksional dengan semestinya.
11. Menggunakan media instruksional secara efektif.
12. Mengevaluasi kinerja pembelajar.
13. Mengevaluasi pembelajaran.
14. Melaporkan hasil penilaian.
Apabila kita memakai pendekatan dengan menganalisis model kawasan teknologi pendidikan, aplikasi itu dapat berupa pelaksanaan fungsi pengembangan pendidikan / instruksional meliputi :
1. Pengakajian karakteristik dan kondisi SDM.
2. Pengkajian kemampuan SDM yang diharapkan.
3. Pengkajian kebutuhan pendidikan/latihan.
4. Perencanaan program pendidikan/latihan.
5. Pengembangan materi pendidikan/latihan.
6. Pembuatan media instruksional.
7. Penyusunan strategi instruksional.
8. Pemilihan dan penerapan teknik pembelajaran.
9. Penyebaran/penyajian pelajaran.
10.Penilaian program, proses, dan hasil pendidikan/latihan.

Sistem pembelajaran yang inovatif, sebagai bentuk penerapan konsep teknologi pendidikan, telah berhasil diciptakan dan bahkan dilembagakan dalam system pendidikan nasional. System itu antara lain adalah Sekolah Dasar PAMONG( Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang tua, dan Guru), Sekolah Dasar Kecil, SMP Terbuka, serta system pembelajaran jarak jauh yang sekarang ini telah dilaksanakan/direncanakan oleh berbagai lembaga pendidikan dan latihan seperti diLembaga Pendidikan Perbankan (LPPI), PT Telkom, departemen Kesehatan, Departemen Penerangan, Departemen Pekerjaan Umum, dan sebagainya.Berbagai komponen teknologi pendidikan seperti media, teknik pembelajaran, pengembangan pembelajaran, dan sebagainya telah pula dilakukan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan, seperti misalnya di Pusdiklat TNI-AD dan AU, Balai Latihan Kerja Departemen Tenaga Kerja, Pusdiklat Garuda, Pusdiklat Bulog, dan sejumlah pusdiklat lain. Di kalangan perguruan tinggi teknologi pendidikan telah dan sedang dimanfaatkan di IPB, ITB, UNDIP, UGM, UNS, UNAIR, ITS, UNHAS, UNLAM, UNPATI, UNTAD, UNHALU, UNSRAT, UNCEN, IKIP Medan, IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Ujung Pandang. Tak terhitung lagi pemanfaatannya di sekolah dasar dan menengah serta satuan pendidikan lain. Yang terakhir ini berkembang dengan adanya siaran televise pendidikan.

Sebagaimana tercantum dalam UUSPN Pasal 30 setiap tenaga kependidikan yang bekerja pada satuan pendidikan mempunyai hak untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan yang lain dalam melaksanakan tugasnya. Sarana, prasarana, dan fasilitas pendidian itu perlu disediakan, dikembangkan dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya supaya diperoleh efektifitas dan efisiensi yang tinggi. Media pendidikan sebagai salah satu bentuk sarana pendidikan telah pula ditentukan dalam GBHN 1988 untuk terus dikembangkan dan dimanfaatkan (MPR- RI, 1988 : halaman. 70) Jelaslah bahwa untuk membantu memecahkan masalah pendidikan dan pelatihan dengan kondisi unik Indonesia, serta untuk menyerasikan perkembangan teknologi dengan dampak globalisasi, diperlukan usaha sinergistik yang memadukan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi, informasi, dan social- ekonomi. Kesemuanya ini merupakan bidang kompetensi teknologi pendidikan. Untuk itu mutlak diperlukan tenaga profesi yang mahir dan ahli dalam teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan merupakan suatu disiplin terapan, artinya ia berkembang karena adanya kebutuhan di lapangan, yaitu kebutuhan untuk belajar lebih efektif, lebih efesien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat, dan sebagainya. Untuk itu ada produk yang sengaja dibuat ada yang ditemukan dan di manfaatkan. Namun perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang sangat pesat akhir- akhir ini dan menawarkan sejumlah kemungkinan yang semula tidak terbayangkan, telah membalik cara berpikir kita dengan “ bagaimana menganbil manfaat teknologi tersebut untuk mengatasi masalah belajar “.

Berkembangnya penerapan teknologi pendidikan boleh dikatakan berasal dari Amerika Serikat. Pada awal perkembangan sekitar ratusan tahun yang lalu teknologi itu dikenal sebagai cara mengajar dengan menggunakan alat peraga hasil buatan sendiri oleh guru di sekolah. Tiga puluh tahun kemudian (sekitar tahun 1930) penggunaan alat peraga itu berkembang dengan diproduksinya secara massal media belajar-pengajaran untuk digunakan disekolah secara meluas. Sepuluh tahun kemudian, saat Amereka Serikat terlibat dalam PD II, diperlukan banyak sekali tenaga terampil dalam mengoperasikan dan menangani peralatan perang. Untuk itu diperlukan latihan yang efektif dalam waktu yang pendek dan dapat diulang sesering mungkin. Dikembangkanlah cara pelatihan dengan menggunakan berbagai media dan simulator untuk keperluan pelatihan personel angkatn bersenjata tersebut. Mulailah dikenal istilah teknologi kinerja (performance technology). Seusai PD II mulai dikembangkan pengalaman di kalangan angkatan bersenjata tersebut untuk keperluan pendidikan dan pelatihan. Dalam lingkungan sekolah dan perguruan tinggi mulai dibangun suatu lembaga yang dipisahkan dari perpustakaan, dengn menyediakan dan mengembangkan media pengajaran dan diberi nama Pusat Sumber Belajar. Program studi atau keahlian dalam teknologi pendidikan mulai dibuka di beberapa perguruan tinggi di Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada.

Lanjutkan ... → Teknologi Pendidikan dan Aplikasinya ... (2)

Teknologi Pendidikan dan Aplikasinya ...

Istilah teknologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Technologia” yang menurut Webster Dictionary berarti systematematic treatment atau penanganan sesuatu secara sistematis. Sedangkan Techne sebagai dasar kata teknologi berarti art, skil, science yang berarti keahlian, keterampilan, dan ilmu.

Jadi teknologi pendidikan dapat diartikan sebagai penanganan atau pelaksanaan pendidikan secara sistematis atau penerapan science untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan.
Dalam bahasa Inggris digunakan istilah instructional technology atau educational technology, yang mendefinisikan sebagai berikut, instructional technology means tehe media born of the communications relatioan which can be used for instructional purpose alongside the teacher, the book, and the blackboard.2 (Teknologi pembelajaran adalah mengutamakan media komunikasi yang berkembang secara pesat yang dapat dimanfaatkan dalam pendidikan selain guru, buku, dan papan tulis). Teknologi pendidikan / pembelajaran berdasarkan beberapa definisi dari berbagai lembaga dan perkembangannya, adalah sebagi berikut :

• Council for educational Technology for the United Kingdom (CET)
Teknologi pendidikan adalah pengembangan, penerapan, dan penilaian system-sistem, teknik-teknik dan alat-alat Bantu untuk memperbaiki proses belajar manusia.Dalam rumusan ini, fungsi pokok teknologi pendidikan adalah penerapan, dengan obyek pengetahuan ilmiah atau hasil penelitian, dengan obyek dan sasaran yang terdiri atas system-system, teknik-teknik dan alat-alat Bantu, dengan maksud memperbaiki proses belajar yang dilakukan manusia.

• Commission on Instructional Technology 1970,
Teknologi pembelajaran adalah membuat agar suatu pembelajaran lebih efektif dengan cara mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi secara sistematis berdasarkan teori komunikasi dan belajar, serta memanfaatkan segala sumber baik yang bersifat manusia maupun non manusia. Dengan demikian, sejak tahun 1970-an, sudah ada pandangan bahwa manusia (dalam hal ini guru) bukanlah satu-satunya sumber belajar.

• National centre for programmed,
Teknologi pendidikan adalah penerapan pengetahuan ilmiah tentang belajar dan kondisi untuk memperbaiki efektifitas dan efisiensi pengajaran dan latihan. Ketiadaan prinsip-prinsip yang dibangun secara ilmiah, teknologi pendidikan melaksanakan teknik-teknik pengujian empiric untuk memperbaiki situasi-situasi belajar.4 Dalam rumusan ini fungsi pokok teknologi pendidikan adalah penerapan dengan obyek pengetahuan ilmiah atau hasil penelitian dalam bidang belajar dengan maksud memperbaiki efektifitas dan efisiensi pengajaran dan latihan, khususnya memperbaiki situasi-situasi belajar.

• Commission on Instructional Technology (USA)
Teknologi pendidikan adalah suatu cara sistematik tentang belajar dan mengajar dalam kerangka-kerangka tujuan khusus, berdasarkan penelitian dalam belajar dan komunikasi dan mendayagunakan sumber-sumber manusiawi dan non manusiawi menuju pengajaran yang lebih efektif

• Association For Educational Communications and Technology (AECT-1972)
Teknologi pendidikan adalah suatu bidang / disiplin dalam memfasilitasi belajar manusia melalui identifikasi, pengembangan, pengorganisasian dan pemanfaatan secara sistematis seluruh sumber belajar dan melalui pengelolaan proses kesemuanya itu. Atau dapat dikatakan bahwa teknologi pendidikan adalah suatu disiplin ilmu yang memfokuskan diri dalam upaya memfasilitasi belajar pada manusia. Jadi obyek formal teknologi pendidikan menurut pengertian ini adalah bagaimana memfasilitasi belajar. Melalui identifikasi, pengembangan, pengorganisasian dan pemanfaatan secara sistematis seluruh sumber belajar. Disamping itu, melalui pengelolaan yang baik dan tepat terdapat proses daripada pengembagan, pengoganisasian dan pemanfaatan secara sistematis seluruh sumber belajar tersebut.

• AECT (2004):
Teknologi pendidikan adalah studi dan praktek etis dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan, menggunakan / memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat. Jelas, tujuan utamanya masih tetap untuk memfasilitasi pembelajaran (agar efektif, efisien dan menarik/joyfull) dan meningkatkan kinerja.
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.Teknologi pembelajaran / teknologi pendidikan adalah suatu disiplin/bidang (field of study)
2. Istilah teknologi pembelajaran dipakai bergantian dengan istilah teknologi pendidikan tujuan utama teknologi pembelajaran adalah (1) untuk memecahkan masalah belajar atau memfasilitasi pembelajaran; dan (2) untuk meningkatkan kinerja.
3. Dalam mewujudkannya menggunaka pendekatan sistemik (pendekatan yang
holistic/komprehensif, bukan pendekatan yang bersifat parsial);
4. Kawasan teknologi pembelajaran dapat meliputi kegiatan yang berkaitan dengan analisis, desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, implementasi dan evaluasi baik proses-proses maupun sumber-sumber belajar.
5. Teknologi pembelajaran tidak hanya bergerak di persekolahan tetapi juga dalam semua aktifitas manusia (seperti perusahaan, keluarga, organisasi masyarakat, dan lain-lain) sejauh berkaitan dengan upaya memecahkan masalah belajar dan peningkatan kinerja.
6. Yang dimaksud dengan teknologi disini adalah teknologi dalam arti luas,

Lanjutkan ... → Teknologi Pendidikan dan Aplikasinya ...

End of The Day, 2012?

Benarkah Tahun 2012 kiamat? Sebagaimana tertera dalam kalender bangsa Maya yang sangat tersohor itu, diramalkan bahwa pada periode 1992-2012 bumi akan “dimurnikan”, selanjutnya peradaban manusia sekarang ini akan berakhir dan mulai memasuki peradaban baru.

Dalam sejarah peradaban kuno dunia, bangsa Maya dikenal menguasai pengetahuan tentang ilmu falak yang khusus dan mendalam, sistem penanggalan yang sempurna, penghitungan perbintangan yang rumit serta metode pemikiran abstrak yang tinggi. Kesempurnaan dan akurasi dari pada penanggalannya membuat orang takjub.

Sekelompok masyarakat yang misterius ini tinggal di wilayah selatan Mexico sekarang (Yucatan) Guetemala, bagian utara Belize dan bagian barat Honduras. Banyak sekali pyramid, kuil dan bangunan-bangunan kuno yang dibangun oleh Maya yang masih dapat ditemui di sana. Banyak juga batu-batu pahatan dan tulisan-tulisan misterius pada meja-meja yang ditinggalkan mereka.

Para arkeolog percaya bahwa Maya mempunyai peradaban yang luar biasa. Hal itu bisa dilihat dari peninggalannya seperti buku-bukunya, meja-meja batu dan cerita-cerita yang bersifat mistik. Tetapi sayang sekali buku-buku mereka di perpustakaan Maya semuanya sudah dibakar oleh tentara Spanyol ketika menyerang sesudah tahun 1517. Hanya beberapa tulisan pada meja-meja dan beberapa system kalender yang membingungkan tersisa sampai sekarang.

Seorang sejarahwan Amerika, Dr. Jose Arguelles mengabdikan dirinya untuk meneliti peradaban bangsa ini. Ia mendalami ramalan Maya yang dibangun di atas fondasi kalender yang dibuat bangsa itu, dimana prediksi semacam ini persis seperti cara penghitungan Tiongkok, ala Zhou Yi. Kalendernya, secara garis besar menggambarkan siklus hukum benda langit dan hubungannya dengan perubahan manusia.

Dalam karya Arguelles, The Mayan Factor: Path Beyong Technology yang diterbitkan oleh Bear & Company pada 1973, disebutkan dalam penanggalan Maya tercatat bahwa sistim galaksi tata surya kita sedang mengalami 'The Great Cycle' (siklus besar) yang berjangka lima ribu dua ratus tahun lebih. Waktunya dari 3113 SM sampai 2012 M. Dalam siklus besar ini, tata surya dan bumi sedang bergerak melintasi sebuah sinar galaksi (Galatic Beam) yang berasal dari inti galaksi. Diameter sinar secara horizontal ini ialah 5125 tahun bumi. Dengan kata lain, kalau bumi melintasi sinar ini akan memakan waktu 5125 tahun lamanya.

Orang Maya percaya bahwa semua benda angkasa pada galaksi setelah selesai mengalami reaksi dari sinar galaksi dalam siklus besar ini, akan terjadi perubahan secara total. Orang Maya menyebutnya, penyelarasan galaksi (Galatic Synchronization). Siklus besar ini dibagi menjadi 13 tahap, setiap tahap evolusi pun mempunyai catatan yang sangat mendetail. Arguelles dalam bukunya itu menggunakan banyak sekali diagram-diagram untuk menceritakan kondisi evolusi pada setiap tahap. Kemudian setiap tahap itu dibagi lagi menjadi 20 masa evolusi. Setiap masa itu akan memakan waktu 20 tahun lamanya.

Dari masa 20 tahun antara tahun 1992-2012 itu, bumi kita telah memasuki tahap terakhir dari fase Siklus Besar, bangsa Maya menganggap ini adalah periode penting sebelum masa pra-Galatic Synchronization, mereka menamakannya: The Earth Generetion Priod (Periode Regenerasi Bumi). Selama periode ini bumi akan mencapai pemurnian total. Setelah itu, bumi kita akan meninggalkan jangkauan sinar galaksi dan memasuki tahap baru: penyelarasan galaksi.

Pada 21 Desember 2012 akan menjadi hari berakhirnya peradaban umat manusia kali ini, dalam perhitungan kalender Maya. Sesudah itu, umat manusia akan memasuki peradaban baru total yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan peradaban sekarang. Pada hari itu, tepatnya musim dingin tiba, matahari akan bergabung lagi dengan titik silang yang terbentuk akibat ekliptika (jalan matahari) dengan ekuator secara total. Saat itulah, matahari tepat berada di tengah-tengah sela sistem galaksi, atau dengan kata lain galaksi terletak di atas bumi, bagaikan membuka sebuah "Pintu Langit" saja bagi umat manusia.

Mulai 1992, bumi memasuki apa yang oleh bangsa Maya disebut 'Periode Regenerasi Bumi". Pada periode ini, Bumi dimurnikan, termasuk juga hati manusia, (ini hampir mirip ramalan orang Indian Amerika-Utara terhadap orang sekarang ini), subtansi yang tidak baik akan disingkirkan, dan substansi yang baik dan benar akan dipertahankan, akhirnya selaras dengan galaksi (alam semesta), ini adalah singkapan misteri dari gerakan sistem galaksi kita yang diperlihatkan oleh bangsa Maya.

Sejak tahun 1992 sampai 2012 nanti, bagaimana terjadi "pemurnian" dan bagaimana pula terjadi "regenerasi" pada bumi kita ini, tidak disebutkan secara detail oleh bangsa Maya. Dalam ramalan mereka pun tidak menyinggung tentang apa hal konkret yang memberikan semangat manusia untuk bangkit dari kesadaran dan bagaimana bumi mengalami permurnian, yang ditinggalkan oleh mereka kepada anak cucunya (barangkali tidak tercatat). Lantas, fenomena baru apa yang sudah bisa kita lihat sejak tahun 1992 sampai sekarang yang bisa kita kaitkan dengan ramalan bangsa Maya yang beradab itu?

Mungkin sudah diatur, bahwa kalender Maya tidak hilang dan sejarah manusia, dan harus diuraikan dengan kode oleh manusia sekarang. Namun ia tetap saja harus dilihat, apakah umat manusia yang terpesona oleh konsepsinya yang terbentuk sesudah kelahiran dapat menembus batas-batas untuk mengingatkan dan memahami kebenaran yang melampaui sistim pengetahuan kita.

Sebenarnya, jika ditinjau dari beberapa penelitian yang telah dilakukan saat ini. Memang pada beberapa dua dasawarsa belakangan ini, bumi sedang mengalami suatu siklus yang dinamakan pembalikan daya magnet kutub.

Pembalikan daya magnet kutub adalah proses yang terjadi pada waktu kutub utara dan kutub selatan saling bertukar posisi. Ketika ini terjadi, untuk beberapa saat medan magnet bumi mencapai Gauss nol, yang berarti bumi pada waktu itu punya daya magnet nol. Ketika ini terjadi bersamaan dengan perbalikan orbit sebelas tahunan kutub matahari, masalah besar akan terjadi.

Menurut perhitungan computer Hyderabad, pembalikan kutub Bumi dan Matahari dapat mengakibatkan masalah besar selain elektronik tidak bekerja dengan semestinya, burung yang bermigrasi kehilangan haluan, dan bermacam macam:

1. Sistem ketahanan tubuh semua hewan dan termasuk manusia akan banyak melemah.
2. Lapisan luar bumi akan mengalami pertambahan gunung berapi, pergerakan tektonik, gempa bumi, dan tanah longsor.
3. Medan magnet Bumi akan melemah dan radiasi alam semesta berasal dari matahari bertambah berlipat ganda mengakibatkan bahaya radiasi seperti kanker dan sebagainya tidak dapat dihindari
4. Benda-benda angkasa akan tertarik masuk ke Bumi
5. Daya gravitasi Bumi akan mengalami perubahan meskipun tidak diketahui bagaimana ia akan berubah.

Jika anda menambahkan semua skenario bencana yang mungkin terjadi, anda dapat dengan mudah mengatakan dengan kalimat sederhana ini, Bumi dapat menjadi tempat yang tidak cocok untuk ditinggali peradaban manusia pada 2012 ataupun mereka yang hidup dekat lapisan luar bumi. Hal ini mungkin saja dapat terjadi pada Mars jutaan tahun yang lalu.

Mungkin benar adanya apa yang dikatakan Bangsa Maya mengenai kehancuran perdaban manusia di tahun 2012 esok, hal tersebut tentunya dapat kita lihat dari sifat-sifat manusia zaman sekarang yang bagaimana moralnya, kelakuan telah sangat merosot dan alam-pun kelihatannya semakin tidak bersahabat dengan kita.


Di Indonesia sendiri seorang peramal mengatakan, "pada tahun 2012 nanti jumlah penduduk di Indonesia ini tinggal 40%". Lalu ketika ditanya apa penyebabnya,dia menuturkan, "pada tahun itu sebuah bencana besar akan melanda Bumi secara Global, mungkin pada setiap negara nantinya hanya menyisakan 30%-40% kehidupan untuk kembali membangun kehidupan baru".

Ramalan serupa juga diutarakan oleh Beberapa Biksu di Tibet yang terkenal dengan penguasaan clairvoyance-nya yang sangat baik. Mereka mengatakan pada awal tahun 2012 merupakan tahun paling mendebarkan bagi umat manusia di muka Bumi, dimana pada permulaan tahun, beberapa fenomena aneh akan banyak bermunculan. Namun dalam penutupnya, Para Biksu mengatakan Bumi akan terselamatkan oleh sebuah kekuatan besar yang melindungi mereka secara kasat mata, sehingga memungkinkan peradaban manusia tidaklah sepenuhnya musnah.

Pada 10 tahun belakangan ini Master Li Hongzhi mengajarkan prisip karakter alam semesta “Zhen-Shan-Ren” (Sejati-Baik-Sabar) yang berefek untuk memurnikan hati manusia dan alam ini. Dalam waktu singkat pengikut latihan kultivasi jiwa dan raga ini telah lebih mencapai dari 200 juta orang yang tersebar lebih di 60 negara. Melalui kultivasi yang terus menerus latihan ini dapat menyapai tujuan menggantikan sel-sel tubuh manusia dengan materi energi tinggi dengan meningkatkan moral manusia sesuai dengan karakter alam semesta.

Tidak ada seorangpun yang bisa meramalkan kapan tepatnya kiamat itu datang. Tapi dilain sisi, akan ada regenarasi suatu peradaban yang diramalkan para Orang Bangsa Maya ditahun 2012 nanti. Ini bukanlah suatu kehancuran Alam semesta secara keseluruhan (Jadi belum bisa diartikan kiamat yang sebenarnya), mungkin nantinya secuil para manusia-manusia yang terselamatkan dari bencana akan kembali membangun tonggak peradaban baru yang lebih baik dan lebih bermoral daripada kita.

Sumber: Indoforum.org
Lanjutkan ... → End of The Day, 2012?

581 C, Planet Baru Mirip Bumi

Sejak pertengahan tahun 1990an, para ahli astronomi telah menemukan lebih dari 170 planet yang mengorbit bintang-bintang di luar tata surya kita. Tetapi planet terbaru yang ditemukan di pusat bimasakti kita ini berbeda, dan membuat para pakar yakin bahwa mungkin banyak bumi lain di luar sana.

Sebegitu jauh, sebagian besar planet yang ditemukan di sekitar bintang yang normal adalah planet raksasa berisi gas seperti Saturnus dan Jupiter, beberapa planet sebesar bumi yang diduga berbatu-batu telah ditemukan, tetapi mereka mengorbit bintang-bintang mati yang disebut bintang neutron. Sebegitu jauh, hanya satu planet berbatu yang ditemukan mengorbit bintang biasa, tetapi besarnya tujuh setengah kali lebih besar daripada bumi. Dan lagi, semua planet yang ditemukan belum lama ini letaknya terlalu dekat dengan bintang untuk dapat dihuni kehidupan.

Planet terbaru yang diidentifikasi di luar tata surya kita itu lebih mirip dengan bumi. Ke-73 ilmuwan di 10 negara yang melacaknya memperkirakan bahwa besarnya hanya lima setengah kali bumi, dan letaknya lebih jauh dari bintang dibandingkan planet-planet lain, yaitu dua setengah kali jarak bumi dari matahari.

Salah satu penemu planet itu, David Bennett dari Universitas Notre Dame di Indiana mengatakan, itu berarti bahwa letaknya di luar zone yang dapat dihunin kehidupan, karena suhu permukannya 220 derajat di bawah nol Celcius. Namun, katanya, ini lebih menarik daripada planet-planet yang bersuhu tinggi di luar tata surya kita.

Pada dasarnya, tambah David Bennet, “Kami menyatakan telah membuka sebuah jendela baru, dan kami mendekati planet-planet yang mirip bumi, meskipun kami lebih memperhatikan planet-planet yang suhunya lebih rendah daripada bumi.”


Penemuan ini melibatkan sebuah teknik pencarian baru yang berbeda dengan yang digunakan untuk menemukan planet-planet lain. Cara lama tidak melihat langsung planet, tetapi memperkirakan kehadirannya dengan mengamati olengan bintang, yang diakibatkan oleh gravitasi planet yang mengorbit. Prosedur ini cenderung menemukan planet-planet yang terbesar, terpanas dan terdekat dengan bintang sehingga tidak dapat mendukung kehidupan.

Cara baru itu menggunakan fenomena alam yang disebut microlensing. Dengan teknik ini, cahaya dari bintang yang jauh diperbesar oleh gravitasi bintang di dekatnya, seperti cahaya lampu sorot yang melewati kaca pembesar. Kalau suatu planet mengorbit bintang yang ada di latar belakang, gravitasinya dapat meningkatkan kecerahan cahanya.

Pakar astronomi Prancis Jean Pierre Beaulieu dari Lembaga Astrofisika di Paris terkejut melihat besarnya peningkatan kecerahan cahaya ini: “Tadinya kami duga bahwa bintang ini lebih pudar daripada yang kami amati. Jadi kami memutuskan untuk melakukan pengukuran lagi, dan pada pengukurna kedua, bintang ini lebih terang. Kami sangat bersemangat karena inilah yang sudah kami cari sejak lama.”

Para periset mengatakan, kelebihan microlensing adalah teknik itu dapat mendeteksi planet-planet bermassa rendah. Tentu saja teknik ini dapat mengamati bintang-bintang besar seperti Jupiter secara lebih mudah, tetapi sebegitu jauh baru menemukan dua. David Bennett mengatakan, kalau bintang-bintang besar jumlahnya lebih banyak di alam semesta, microlensing tentunya akan menemukan lebih banyak lagi. David Bennett dan rekan-rekannya yang melaporkan penemuan ini dalam jurnal Nature mengatakan, microlensing kemungkinan besar akan menemukan planet-planet bermassa rendah lebih banyak, dalam bulan-bulan mendatang.

Michael Turner dari Yayasan Sains Nasional Amerika yang membantu pendanaan riset ini mengatakan, penemuan ini adalah terobosan penting dalam usaha menemukan jawaban atas pertanyaan “Apakah ada mahluk lain di alam semesta ini, selain di bumi?.”

Dengan ditemukannya lebih dari 170 planet di luar tata surya selama 11 tahun terakhir ini, tambahnya, petualangan untuk mencari jawaban atas pertanyaan itu telah dimulai. (adaptasi: Djoko Santoso)

Read more: http://www.articlesbase.com/publishing-articles/penemuan-planet-terbaru-288202.html#ixzz0rIwHfpVE
Under Creative Commons License: Attribution

Lanjutkan ... → 581 C, Planet Baru Mirip Bumi

Mengintegrasikan Teknologi ke dalam Kelas

Salah satu keuntungan kemajuan teknologi diantaranya, adanya pengintegrasian teknologi dalam pengajaran di kelas. Namun, ada banyak isu yang berhubungan dengan penggunaan teknologi dalam kelas ini. Kendala pendanaan, perawatan, biaya operasional yang mahal serta sumber daya manusia yang perlu ditingkatkan menjadi isu penting yang harus dipersiapkan agar integrasi teknologi di dalam kelas berhasil.

Meskipun ini mungkin merupakan pertimbangan paling jelas, yang sering diabaikan tapi penentu penting dari apakah teknologi berhasil atau tidak di dalam kelas adalah kurang dari satu ... jelas guru. Sementara perhatian untuk memilih perangkat keras dan perangkat lunak yang sesuai untuk kelas adalah prasyarat, itu adalah keterampilan dan sikap guru yang menentukan efektivitas integrasi teknologi ke dalam kurikulum.

Fullan (1982, hal 107), ahli terkenal dalam teori perubahan, menyatakan bahwa "perubahan pendidikan tergantung pada apa yang guru dan berpikir - itu sebagai sederhana dan kompleks seperti itu." Namun, tampaknya, guru sering diabaikan ketika teknologi dibahas. Sebelum teknologi dapat mempengaruhi perubahan di kelas, yang paling bertanggung jawab atas kelas harus dipertimbangkan. Guru harus belajar untuk menggunakan teknologi dan harus memungkinkan untuk mengubah paradigma mengajar mereka sekarang. Ini bukan tugas yang mudah karena perubahan bisa tampak mengintimidasi dan mengancam. Selain itu, kurangnya guru untuk meniru model yang baik untuk integrasi teknologi yang efektif ke dalam kurikulum.
Melalui bertahun-tahun bekerja dengan guru dan teknologi, dan melalui sintesis penelitian, penulis telah mengembangkan delapan bidang pertimbangan yang telah terbukti penting untuk memungkinkan guru untuk berhasil mengintegrasikan teknologi ke dalam kurikulum. Daerah-daerah tersebut adalah: 1. KETAKUTAN perubahan, 2. TRAINTNG di dasar, 3. PRIBADI digunakan, 4. PENGAJARAN model, 5. BELAJAR berbasis, 6. IKLIM, 7. MOTIVASI dan 8. DUKUNGAN

Ketakutan, kecemasan, dan kekhawatiran bahwa guru tentang perubahan yang harus dibenahi. Orang dewasa tidak berubah dengan mudah. Perubahan apapun menimbulkan ketakutan, kecemasan, dan keprihatinan. Menggunakan teknologi sebagai pengajaran dan alat belajar di kelas tidak jadi untuk sebuah extent yang lebih besar karena melibatkan kedua perubahan dalam prosedur kelas dan penggunaan teknologi sering-asing. Mereka yang bertanggung jawab untuk meminta para guru untuk menggunakan teknologi dalam kurikulum harus menyadari bahwa ketakutan dan kekhawatiran memang ada. guru Membantu mengatasi ketakutan mereka, kekhawatiran, dan kecemasan sangat penting bagi keberhasilan program. Untuk informasi tambahan tentang ketakutan dan keprihatinan orang dewasa silakan lihat tulisan-tulisan Knowles (1982, 1980), Knox (1977), dan Keras Hall (1987), dan Loucks Hall (1979), dan Keras, Rutherford, dan Hall (1987 ).
Pelatihan harus menyediakan guru dengan pengetahuan sangat dasar penggunaan komputer. Guru perlu memiliki pemahaman dasar tentang bagaimana mengoperasikan komputer. Sebuah pengetahuan tentang standard input dan perangkat output seperti mouse, disk drive, printer, speaker, dan sebagainya, sangat penting. Hal ini sama pentingnya bahwa mereka tahu bagaimana melakukan operasi sistem dasar seperti instalasi program, penghapusan, dan back up file. Mereka perlu untuk mengetahui file seperti perintah dasar Simpan, Hapus, Ubah nama dan juga pemahaman dasar dari struktur direktori. Sangat mudah untuk mengabaikan kebutuhan untuk pelatihan yang sangat mendasar dari guru kita ketika diasumsikan bahwa pengetahuan komputer mereka di beberapa tingkat standar, terlepas dari apakah atau tidak ini kasusnya.
keterampilan produktivitas pribadi dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong minat guru. Mereka yang menggunakan program produktivitas pribadi seperti pengolah kata, spreadsheet, database, program grafik, dan sebagainya, secara teratur, menjadi semakin akrab dengan operasi komputer. Dalam proses demikian, mereka kehilangan beberapa ketakutan mereka terhadap mesin sementara pada saat yang sama mengetahui bahwa komputer dapat membuat pekerjaan mereka lebih mudah. Program tersebut sebagai Microsoft Works atau Claris Works sangat baik program tingkat dasar. Microsoft Office XP dan Corel Word Perfect Office 2002 adalah program terpadu lainnya yang sangat baik bagi para guru untuk digunakan. Program yang memungkinkan para guru untuk menjelajahi Internet dan berkomunikasi dengan orang lain melalui sarana elektronik tidak ternilai. Setelah keterampilan ini telah dikembangkan, guru siap untuk mulai mencari cara untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam kurikulum mereka dan menunjukkan penggunaannya untuk orang lain.
Pengajaran model yang menggunakan teknologi sebagai alat dalam kelas untuk membantu siswa mencapai harus disediakan. Guru perlu konsep bagaimana penggunaan berbagai program yang memfasilitasi belajar-mengajar. Hal ini dapat lebih mudah dilakukan jika mereka benar-benar melihat siswa menggunakan teknologi yang telah diintegrasikan ke dalam kurikulum. Guru harus menyadari berbagai jenis program yang dapat digunakan ...
Lanjutkan ... → Mengintegrasikan Teknologi ke dalam Kelas

Metode Investigasi Kelompok

Metode investigasi kelompok (Group Investigation) sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.

Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Seleksi topik
Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.

b. Merencanakan kerjasama
Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.

c. Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

d. Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

e. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.

f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
Lanjutkan ... → Metode Investigasi Kelompok

10 Ilmuwan Paling Gila di Muka Bumi

Mereka dikenal karena otaknya genius, temuannya yang berpengaruh pada dunia. Selain itu mereka juga populer karena nyentrik, agak gila, dan penuh kontroversi. Siapa sajakah mereka? Berikut 10 ilmuwan paling gila menurut LiveScience.com

1. Albert Einstein
Parodi kartun dan komik tentang Einstein banyak dibuat hingga masa kini. Mulai dari rambutnya yang amburadul atau ekspresi wajahnya yang dibuat “melet” atau teorinya sekalipun. Tak bisa dibantah penemu teori relativitas ini sudah jadi selebriti dunia sains. Namanya bahkan identik dengan kata genius dan gila itu sendiri.



2. Leonardo da Vinci
Menyusul popularitas Einstein adalah Leonardo da Vinci. Novel Da Vinci Code, tokoh komik, isu bahwa ia gay adalah bukti bahwa seniman dan ilmuwan Italia ini memang sangat terkenal. Ia juga diketahui sangat nyentrik. Peninggalannya berupa tumpukan buku sketsa, aneka aplikasi teknologi, mesin, tetap abadi sepanjang masa.

3. Nikola Tesla
Kalau yang ini, namanya sempat dikenal sebagai sebuah kelompok musik rock. Sebenarnya sesuai, sebab penemu radio nirkabel dan generator AC inilah yang memulai era elektrik di akhir abad ke-19 dan awal abad 20. Tesla dianggap gila sebab berani mendemonstrasikan bagaimana ia memakai tubuhnya sebagai konduktor listrik.

4. James Lovelock
Dikenal sebagai ilmuwan berwawasan lingkungan dan penemu hipotesa Gaia. Konsep perubahan iklim yang kini diributkan banyak orang sudah diusungnya sejak beberapa dekade silam. Lelaki kelahiran 1919 ini pernah memprediksikan bahwa tahun 2100 akan terjadi kematian massal terhadap 80 persen umat manusia. Wow! Akan terbukti jugakah?

5. Jack Parsons
Jack Parsons dikenal sebagai salah satu pendiri Jet Propulsion Laboratory. Tapi sesungguhnya ia juga sibuk berlatih sulap dan menyebut dirinya Antikris. Ia tidak pernah mengenyam pendidikan formal tapi mampu mengembangkan bahan bakar roket dan sukses mengantarkan Amerika Serikat ke angkasa pada Perang Dunia II. Tragisnya, Parsons menembak dirinya sendiri sampai mati di laboratoriumnya tahun 1952.

6. Richard Feynman
Ia adalah bagian dari tim genius pengembang bom atom. Feynman menjadi salah satu ilmuwan terpenting di akhir abad ke-20. Selain dikenal sebagai profesor, ia juga suka mengeksplorasi musik, alam dan mempelajari hiroglif suku Maya.

7. Freeman Dyson
Tahun 1960, Dyson menelurkan ide bahwa di masa depan manusia harus mendesain cangkang buatan yang dinamakan Dyson Sphere. Cangkang ini akan mengelilingi sistem tata surya dan menggunakan energi matahari secara maksimum. Saat itu ia dianggap sebagai pemimpi fiksi ilmiah. Ia juga yakin adanya kehidupan di planet lain. Menurutnya manusia akan berinteraksi dengan mahluk angkasa luar dalam beberapa dekade mendatang.

8. Robert Oppenheimer
Dijuluki sebagai bapak bom atom, lelaki kelahiran 1904 ini juga memiliki pandangan politik sosialis. Ia punya ketertarikan khusus pada kultur Hindu dan bahasa Sansekerta dan Belanda. Oppie, begitu pangilan akrabnya, senang mengutip kitab Bhagavad Gita.

9. Wernher von Braun
Di usia 12 tahun, Braun meledakkan gudang mainannya dengan kembang api. Dari situlah muncul ide mengembangkan roket. Akhirnya ia ditunjuk sebagai pempimpin program roket oleh Hitler. Ternyata ia juga meminati eksplorasi bulan dan antariksa. Di sela waktu luangnya Braun juga senang membaca filsafat dan sesekali bermain scuba diving.

10. Johann Konrad Dippel
Lahir dan besar di kastil Frankenstein, Jerman, Dippel dikenal sebagai penemu bahan kimia sintetis bernama Prussian Blue. Ia mengklaim pernah menciptakan cairan hidup abadi. Kabarnya, percobaannya itu terinspirasi oleh karakter yangs esuai dengan nama kastil tempat ia lahir, Franskenstein.
Diterjemahkan secara bebas dari LiveScience.
Foro: allposters.com

Lanjutkan ... → 10 Ilmuwan Paling Gila di Muka Bumi

Pembelajaran Discovery (Penemuan)

Jika kita, para guru Sains mengharapkan siswa-siswi belajar secara aktif dan memperoleh pengetahuan dari penemuannya sendiri, maka model pembelajaran discovery (penemuan) adalah jalan keluar yang harus dilakukan. Model pembelajaran ini dirancang agar siswa-siswi dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.

Jika kita, para guru Sains mengharapkan siswa-siswi belajar secara aktif dan memperoleh pengetahuan dari penemuannya sendiri, maka kita perlu mempraktekkan model pembelajaran discovery (penemuan). Model pembelajaran ini dirancang agar siswa-siswi dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.
Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.
Metode discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi objek sebelum sampai pada generalisasi. Sedangkan Bruner menyatakan bahwa anak harus berperan aktif didalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas itu perlu dilaksanakan melalui suatu cara yang disebut discovery. Discovery yang dilaksanakan siswa dalam proses belajarnya, diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip.
Discovery ialah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.
Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya.
Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Blake et al. membahas tentang filsafat penemuan yang dipublikasikan oleh Whewell. Whewell mengajukan model penemuan dengan tiga tahap, yaitu: (1) mengklarifikasi; (2) menarik kesimpulan secara induksi; (3) pembuktian kebenaran (verifikasi).
Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:
1. identifikasi kebutuhan siswa;
2. seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan;
3. seleksi bahan, problema/ tugas-tugas;
4. membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa;
5. mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;
6. mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan;
7. memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan;
8. membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa;
9. memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;
10. merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa;
11. membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.
Salah satu metode belajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery. Hal ini disebabkan karena metode ini: (1) merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif; (2) dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa; (3) pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain; (4) dengan menggunakan strategi discovery anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri; (5) siswa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan nyata.
Beberapa keuntungan belajar discovery yaitu: (1) pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat; (2) hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya; (3) secara menyeluruh belajar discovery meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.
Beberapa keunggulan metode penemuan juga diungkapkan oleh Suherman, dkk (2001: 179) sebagai berikut:
1. siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir;
2. siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat;
3. menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat;
4. siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks;
5. metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
Selain memiliki beberapa keuntungan, metode discovery (penemuan) juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka diperlukan bantuan guru. Bantuan guru dapat dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara singkat. Pertanyaan dan informasi tersebut dapat dimuat dalam lembar kerja siswa (LKS) yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai.
Metode discovery (penemuan) yang mungkin dilaksanakan pada siswa SMP adalah metode penemuan terbimbing. Hal ini dikarenakan siswa SMP masih memerlukan bantuan guru sebelum menjadi penemu murni. Oleh sebab itu metode discovery (penemuan) yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode discovery (penemuan) terbimbing (guided discovery).

Lanjutkan ... → Pembelajaran Discovery (Penemuan)

Metode dan Sikap Ilmiah Bidang IPA

Jika kita memperhatikan dengan seksama, semua produk teknologi berkaitan erat dengan bidang sains (IPA). Namun dalam pembelajaran di kelas, jarang sekali kita mengkaitkan antara sains dan teknologi. Apalagi sains sebagai produk dan sains sebagai proses, padahal sqains (IPA) sebagai ilmu terdiri dari produk dan proses. Pada posting ini disajikan tentang apa dan bagaimana IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses.

Produk IPA terdiri atas fakta (misalnya: orang menghirup udara dan mengeluarkan udara dari hidungnya, biji kacang hijau muncul hipokotil dan dan epikotilnya dan akan bertambah panjang ukurannya saat ditanam pada kapas yang disiram air), konsep ( misalnya: udara yang dihirup ke dalam paru-paru lebih banyak kandungan oksigennya dibandingkan udara yang dikeluarkan dari paru-paru, logam memuai bila dipanaskan), prinsip (misalnya: kehidupan memerlukan energi, benda tak hidup tidak mengalami pertumbuhan), prosedur (misal, pengamatan, pengukuran, tabulasi data, analisis data) teori, (misalnya: teori evolusi, teori asal mula kehidupan), hukum dan postulat ( misal, hukum Boyle, Archimedes, Postulat Kock). Semua itu merupakan produk yang diperoleh melalui serangkaian proses penemuan ilmiah melalui metoda ilmiah yang didasari oleh sikap ilmiah.

Ditinjau dari segi proses, maka IPA memiliki berbagai keterampilan sains, misalnya: (a) mengidentifikasi dan menentukan variabel tetap/bebas dan variabel berubah/tergayut, (b) menentukan apa yang diukur dan diamati, (c) keterampilan mengamati menggunakan sebanyak mungkin indera (tidak hanya indera penglihat), mengumpulkan fakta yang relevan, mencari kesamaan dan perbedaan, mengklasifikasikan, (d) keterampilan dalam menafsirkan hasil pengamatan seperti mencatat secara terpisah setiap jenis pengamatan, dan dapat menghubung-hubungkan hasil pengamatan, (e) keterampilan menemukan suatu pola dalam seri pengamatan, dan keterampilan dalam mencari kesimpulan hasil pengamatan, (f) keterampilan dalam meramalkan apa yang akan terjadi berdasarkan hasil-hasil pengamatan, dan (g) keterampilan menggunakan alat/bahan dan mengapa alat/bahan itu digunakan. Selain itu adalah keterampilan dalam menerapkan konsep, baik penerapan konsep dalam situasi baru, menggunakan konsep dalam pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi, maupun dalam menyusun hipotesis.

Keterampilan IPA juga menyangkut keterampilan dalam berkomunikasi seperti (a) keterampilan menyusun laporan secara sistematis, (b) menjelaskan hasil percobaan atau pengamatan, (c) cara mendiskusikan hasil percobaan, (d) cara membaca grafik atau tabel, dan (e) keterampilan mengajukan pertanyaan, baik bertanya apa, mengapa dan bagaimana, maupun bertanya untuk meminta penjelasan serta keterampilan mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis. Jika aspek-aspek proses ilmiah tersebut disusun dalam suatu urutan tertentu dan digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi, maka rangkaian proses ilmiah itu menurut Towle (1989) menjadi suatu metode ilmiah.

Rezba dkk. (1995) mendeskripsikan keterampilan proses IPA yang harus dikembangkan pada diri peserta didik mencakup kemampuan yang paling sederhana yaitu mengamati, mengukur sampai dengan kemampuan tertinggi yaitu kemampuan bereksperimen. Secara skematis jalinan kemampuan proses IPA dapat digambarkan pada gambar 2.

Menurut Bryce dkk. (1990) keterampilan proses IPA mencakup keterampilan dasar (basic skill) sebagai kemampuan yang terendah, kemudian diikuti dengan keterampilan proses (process skill). Sebagai keterampilan tertinggi adalah keterampilan investigasi (investigation skill). Keterampilan dasar mencakup: (a) melakukan pengamatan (observational skill), (b) mencatat data (recording skill), (c) melakukan pengukuran (measurement skill), (d) mengimplementasikan prosedur (procedural skill), dan (e) mengikuti instruksi (following instructions). Keterampilan proses meliputi: (a) menginferensi (skill of inference) dan (b) menyeleksi berbagai cara/prosedur (selection of procedures). Keterampilan investigasi berupa keterampilan merencanakan dan melaksanakan serta melaporkan hasil investigasi. Keterampilan tersebut juga harus didasari oleh sikap ilmiah seperti sikap antusias, ketekunan, kejujuran, dan sebagainya.

Mengingat dari perkembangan mental peserta didik SMP/MTs menurut Piaget (Carin dan Sund, 1989) sebagian besar pada taraf transisi dari fase konkrit ke fase operasi formal, maka diharapkan sudah mulai dilatih untuk mulai mampu berpikir abstrak. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SMP terutama di kelas III hendaknya sudah mengenalkan peserta didik kepada kemampuan untuk mulai melakukan investigasi/ penyelidikan walaupun sifatnya masih sangat sederhana.

Gambar 2. Keterampilan proses IPA yang harus dikembangkan pada peserta didik (Diterjemahkan dari Rezba dkk, (1995: 1

Setidaknya, peserta didik sudah mulai dilatih untuk merencanakan pengamatan/ percobaan sederhana, mengidentifikasi variabel, merumuskan hipotesis berdasar pustaka bukan sekedar menurut dugaan yang rasional berdasar logika, mampu melakukan dan melaporkan percobaan/pengamatan baik secara tertulis maupun lisan. Jika hal seperti itu dibiasakan maka hasil belajar yang dapat dicapai benar-benar akan memuat unsur kognitif, afektif dan psikomotor.

Untuk peserta didik sekolah menengah dalam konteks melakukan penyelidikan/ investigasi sederhana, peserta didik seharusnya sudah dilatih bagaimana ia harus mengorganisasi data untuk menjawab pertanyaan, atau bagaimana ia dapat mengorganisasi kejadian-kejadian untuk dijadikan alasan pembenar yang paling kuat. Selain itu, proses IPA juga mencakup kemampuan untuk mengkomunikasikan baik secara tertulis berupa pembuatan tulisan/karangan, pemberian label, menggambar, melengkapi peta konsep, mengembangkan/ melengkapi petunjuk kerja, membuat grafik dan mengkomunikasikan secara lesan kepada orang lain (Walden University, 2000).

Menurut DES (Cavendish, at all., 1990) proses IPA untuk sekolah menengah sudah berbeda dengan sekolah dasar, yaitu meliputi: (a) kegiatan melakukan observasi, (b) memilih kegiatan observasi yang relevan dengan investigasi/ penyelidikannya untuk dipelajari lebih lanjut, (c) menemukan dan meng-identifikasi pola-pola baru dan menghubungkannya dengan pola-pola yang sudah ada, (d) menyarankan dan menilai penjelasan-penjelasan dari pola-pola yang ada, (e) mendesain dan melaksanakan percobaan, termasuk melakukan berbagai pengukuran untuk menguji pola-pola yang ada, mengkomunikasikan (baik secara verbal, dalam bentuk matematika, atau grafik) dan menginterpretasi tulisan-tulisan dan bahan ajar lainnya, (f) memakai peralatan dengan efektif dan hati-hati, (g) menggunakan pengetahuan untuk melaksanakan investigasi, (h) menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan problem-problem yang berkait dengan teknologi.

Mengingat demikian luasnya kawasan kajian keilmuan IPA berdasar ragam obyek, ragam tingkat organisasi, dan ragam tema persoalannya, maka dalam membelajarkan peserta didik untuk menguasai IPA bukan pada banyaknya konsep yang harus dihafal, tetapi lebih kepada bagaimana agar peserta didik berlatih menemukan konsep-konsep IPA melalui metode ilmiah dan sikap ilmiah, dan peserta didik dapat melakukan kerja ilmiah, termasuk dalam hal meningkatkan kreativitas dan mengapresisasi nilai-nilai.

Lanjutkan ... → Metode dan Sikap Ilmiah Bidang IPA

Sumber Bahan Ajar, Apa Saja?

Mengapa kita lebih cenderung menggunakan buku paket dan LKS sebagai sumber belajar bagi siswa-siswi dalam kegiatan pembelajaran? Padahal kita sadar dan memahami betul bahawa suber belajar Sains sangat banyak dan beragam.

Kita dapat menggunakan kliping koran, menggunakan lingkungan sekitar, menggunakan mainan dan lain sebagainya sebagai sumber dan media pembelajaran.
Sumber bahan ajar merupakan tempat di mana bahan ajar dapat diperoleh. Dalam mencari sumber bahan ajar, siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya. Misalnya, siswa ditugasi untuk mencari koran, majalah, hasil penelitian, dsb. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran siswa aktif (CBSA). Berbagai sumber dapat kita gunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sumber-sumber dimaksud dapat disebutkan di bawah ini:
1. Buku teks
Buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit dapat dipilih untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Buku teks yang digunakan sebagai sumber bahan ajar untuk suatu jenis matapelajaran tidak harus hanya satu jenis, apa lagi hanya berasal dari satu pengarang atau penerbit. Gunakan sebanyak mungkin buku teks agar dapat diperoleh wawasan yang luas.

2. Laporan hasil penelitian
Laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang atual atau mutakhir.

3. Jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah)
Penerbitan berkala yang berisikan hasil penelitian atau hasil pemikiran sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai hasil penelitian dan pendapat dari para ahli di bidangnya masing-masing yang telah dikaji kebenarannya.

4. Pakar bidang studi
Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumber bahan ajar. Pakar tadi dapat dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan ajar, ruang lingkup, kedalaman, urutan, dsb.

5. Profesional
Kalangan professional adalah orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan perbankan misalnya tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan. Sehubungan dengan itu bahan ajar yang berkenaan dengan eknomi dan keuangan dapat ditanyakan pada orang-orang yang bekerja di perbankan.

6. Buku kurikulum
Buku kurikulm penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena berdasar kurikulum itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi bahan dapat ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum dalam kurikulum hanya berisikan pokok-pokok materi. Gurulah yang harus menjabarkan materi pokok menjadi bahan ajar yang terperinci.

7. Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan.
Penerbitan berkala seperti Koran banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan ajar suatu matapelajaran. Penyajian dalam koran-koran atau mingguan menggunakan bahasa popular yang mudah dipahami. Karena itu baik sekali apa bila penerbitan tersebut digunakan sebagai sumber bahan ajar.

8. Internet
Bahan ajar dapat pula diperoleh melalui jaringan internet. Di internet kita dapat memperoleh segala macam sumber bahan ajar. Bahkan satuan pelajaran harian untuk berbagai matapelajaran dapat kita peroleh melalui internet. Bahan tersebut dapat dicetak atau dikopi.

9. Media audiovisual (TV, Video, VCD, kaset audio)
Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata pelajaran. Kita dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut, di hutan belantara melalui siaran televisi.

10. Lingkungan ( alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi)
Berbagai lingkungan seperti lingkungan alam, lingkungan social, lengkungan seni budaya, teknik, industri, dan lingkungan ekonomi dapat digunakan sebgai sumber bahan ajar. Untuk mempelajari abrasi atau penggerusan pantai, jenis pasir, gelombang pasang misalnya kita dapat menggunakan lingkungan alam berupa pantai sebagau sumber.

Perlu diingat, dalam menyusun rencana pembelajaran berbasis kompetensi, buku-buku atau terbitan tersebut hanya merupakan bahan rujukan. Artinya, tidaklah tepat jika hanya menggantungkan pada buku teks sebagai satu-satunya sumber abahan ajar. Tidak tepat pula tindakan mengganti buku pelajaran pada setiap pergantian semester atau pergantian tahun. Buku-buku pelajaran atau buku teks yang ada perlu dipelajari untuk dipilih dan digunakan sebagai sumber yang relevan dengan materi yang telah dipilih untuk diajarkan.

Mengajar bukanlah menyelesaikan satu buku, tetapi membantu siswa mencapai kompetensi. Karena itu, hendaknya guru menggunakan banyak sumber materi. Bagi guru, sumber utama untuk mendapatkan materi pembelajaran adalah buku teks dan buku penunjang yang lain.
Lanjutkan ... → Sumber Bahan Ajar, Apa Saja?

Langkah-langkah Memilih Bahan Ajar (2)

Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar, sehingga pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau merujuk pada standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut:

A. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar

1. Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.
Setiap aspek standar kompetensi tersebut memerlukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang berbeda-beda untuk membantu pencapaiannya.

B. Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur (Reigeluth, 1987).

1. Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya.
2. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi.
3. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema.
4. Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau cara-cara pembuatan bel listrik.
5. Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian.
6. Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin.

C. Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
Pilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditentukan. Perhatikan pula jumlah atau ruang lingkup yang cukup memadai sehingga mempermudah siswa dalam mencapai standar kompetensi.

Berpijak dari aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah memilih jenis materi yang sesuai dengan aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya metode mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah dengan menggunakan “jembatan keledai”, “jembatan ingatan” (mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah “demonstrasi”.

Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan diajarkan adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita ajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau psikomotorik. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi pembelajaran:

1. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa mengingat nama suatu objek, simbul atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya “ya” maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah “fakta”. Contoh: Nama-nama ibu kota kabupaten, peristiwa sejarah, nama-nama organ tubuh manusia.

2. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu, mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai dengan suatu definisi ? Kalau jawabannya “ya” berarti materi yang harus diajarkan adalah “konsep”. Contoh : Seorang guru menunjukkan beberapa tumbuh-tumbuhan kemudian siswa diminta untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan mana yang termasuk tumbuhan berakar serabut dan mana yang berakar tunggang.

3. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menjelaskan atau melakukan langkah-langkah atau prosedur secara urut atau membuat sesuatu ? Bila “ya” maka materi yang harus diajarkan adalah “prosedur”. Contoh : Langkah-langkah mengatasi permasalahan dalam mewujudkan masyarakat demokrasi; langkah-langkah cara membuat magnit buatan; cara-cara membuat sabun mandi, cara membaca sanjak, cara mengoperasikan komputer, dsb.

4. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menentukan hubungan antara beberapa konsep, atau menerapkan hubungan antara berbagai macam konsep ? Bila jawabannya “ya”, berarti materi pembelajaran yang harus diajarkan termasuk dalam kategori “prinsip”. Contoh : Hubungan hubungan antara penawaran dan permintaan suatu barang dalam lalu lintas ekonomi. Jika permintaan naik sedangkan penawaran tetap, maka harga akan naik. Cara menghitung luas persegi panjang. Rumus luas persegi panjang adalah panjang dikalikan lebar.

5. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa memilih berbuat atau tidak berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka tidak suka, indah tidak indah? Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan berupa aspek afektif, sikap, atau nilai. Contoh: Ali memilih mentaati rambu-rambu lalulintas meskpipun terlambat masuk sekolah setelah di sekolah diajarkan pentingnya mentaati peraturan lalulintas.

6. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa melakukan perbuatan secara fisik? Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah aspek motorik. Contoh: Dalam pelajaran lompat tinggi, siswa diharapkan mampu melompati mistar 125 centimeter. Materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah teknik lompat tinggi.

D. Memilih sumber bahan ajar
Setelah jenias materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dsb.

Lanjutkan ... → Langkah-langkah Memilih Bahan Ajar (2)

Bahan Ajar, Prinsip dan Langkah-langkah Pemilihannya (1)

Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.

Termasuk jenis materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dsb. (Ibu kota Negara RI adalah Jakart; Negara RI merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945). Termasuk materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian suatu obyek (Contoh kursi adalah tempat duduk berkaki empat, ada sandaran dan lengan-lengannya).

Termasuk materi prinsip adalah dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep yang menggambarkan “jika..maka….”, misalnya “Jika logam dipanasi maka akan memuai”, rumus menghitung luas bujur sangkar adalah sisi kali sisi.

Materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah mengoperasikan peralatan mikroskup, cara menyetel televisi. Materi jenis sikap (afektif) adalah materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, semangat bekerja, dsb

Klasifikasi Materi Pembelajaran Menjadi Fakta, Konsep, Prosedur, dan Prinsip:
1. Fakta, Menyebutkan kapan, berapa, nama, dan di mana. Contoh: Negara RI merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945; Seminggu ada 7 hari; Ibu kota Negara RI Jakarta; Ujung Pandang terletak di Sulawesi Selatan.

2. Konsep, Definisi, identifikasi, klasifikasi, ciri-ciri khusus.
Contoh:Hukum ialah peraturan yang harus dipatuh-taati, dan jika dilanggar dikenai sanksi berupa denda atau pidana

3. Prinsip, Penerapan dalil, hukum, atau rumus. (Jika…maka….). Contoh: Hukum permintaan dan penawaran (Jika penawaran tetap permintaan naik, maka harga akan naik).
4. Prosedur, Bagan arus atau bagan alur (flowchart), algoritma, langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut.
Contoh: Langkah-langkah menjumlahkan pecahan ialah:
a. Menyamakan penyebut
b. Menjumlahkan pembilang dengan dengan pembilang dari penyebut yang telah disamakan.
c. Menuliskan dalam bentuk pecahan hasil penjumlahan pembilang dan penyebut yang telah disamakan.

Lanjutkan ... → Bahan Ajar, Prinsip dan Langkah-langkah Pemilihannya (1)

Sains dalam Catatan Roy Sembel

Roy Sembel adalah Co-founder Tim Olimpiade Fisika Indonesia. Beliau menggaris bawahi beberapa hal berkaitan dengan pembelajaran Sains di Indonesia. Menurutnya ada beberapa faktor yang masih sangat perlu dibenahi untuk menghasilkan pembelajaran sains pada umumnya dan fisika pada khususnya.

Di mana salahnya ?
Pertama dan yang terpenting adalah faktor motivasi belajar sains. Harus diakui, sains masih dianggap sebagai ilmu sulit dan tidak membawa hasil memadai. Kesuksesan TOFI dan tim olimpiade sains lainnya memang telah mulai membantu menaikkan citra ilmu sains di masyarakat. Namun peningkatan yang telah terjadi masih jauh dari cukup karena baru menyentuh sebagian kecil dari masyarakat. Social marketing yang lebih terpadu melibatkan kerjasama antara pemerintah,media massa, dunia akademis dan dunia bisnis diperlukan agar citra ilmu sains meningkat. Peningkatan citra ini diharapkan meningkatkan motivasi pelajar dalam mempelajari ilmu sains secara lebih `greget'.
Sentra-sentra percontohan sains masih sangat terbatas di kota besar saja. Acara sains yang dikemas menarik baru ada di beberapa media cetak atau TV.

Citra sains juga terkait dengan lapangan kerja dan penghargaan yang tersedia bagi para pakar sains. Industri yang dikembangkan ternyata tidaklah dipertautkan kekayaan yang dimiliki Indonesia (natural resources dan biodiversity). Kesulitan yang dialami PT Dirgantara Indonesia semakin menurunkan citra insutri berbasis sains di Indonesia.

Kedua, faktor ketersediaan guru sains yang berkualitas. Dari hasil tes TOFI terhadap sekumpulan guru fisika, terlihat bahwa penguasaan mereka terhadap materi fisika yang harus mereka ajarkan masih sangat lemah. Banyak di antara guru-guru itu yang memperoleh skor lebih rendah dari 10%. Kalau gurunya saja masih parah, bagaimana dengan muridnya. Saat ini TOFI sudah mulai menjalankan program pelatihan guru fisika. Namun tentu dengan sumber daya terbatas, jangkauan dan dampaknya masih terbatas.

Ketiga, fasilitas pendidikan. Pembelajaran sains membutuhkan alat peraga dan laboratorium. Perlengkapan tersebut relatif mahal. Tidak banyak sekolah yang bisa menyediakannya secara memadai. Ini juga sedikit banyak tercermin dari kelemahan siswa TOFI yaitu skor ujian eksperimen. Selain itu, ketersediaan buku atau piranti lunak pembelajaran fisika dengan harga memadai sangat kurang di Indonesia. Kurangnya fasilitas penunjang proses pembelajaran menyebabkan pelaksanaan belajar mengajar terhambat. Kurikulum pun tidak bisa dikembangkan secara optimal. Akibatnya, pembelajaran sains yang seharus banyak menggunakan experiential learning malah menjadi setumpuk hafalan rumus yang membosankan. Motivasi belajar pun menurun. Untuk skala terbatas seperti TOFI, kekurangan itu bisa sedikit disiasati. Untuk skala besar se-Indonesia, kekurangan fasilitas itu menjadi tantangan yang sangat berat.

Apa yang harus dilakukan ?
Adanya tantangan berat itu jangan membuat kita menyerah. TOFI pun bisa sukses meski dimulai hanya dengan segelintir mahasiswa bermodal idealisme. Titik awal yang harus ada adalah idealisme dan komitmen dari para pemimpin negara untuk memajukan pembelajaran pada umumnya dan pembelajaran sains pada khususnya. Komitmen untuk mengalokasikan dana yang lebih besar merupakan indikasi awalnya. Sebagian dari
hambatan yang diuraikan sebelumnya dapat diatasi bila alokasi dana untuk pembelajaran diperbesar dan dialokasikan secara efisien. Seandainya saja dana sebesar dana pembelian Sukhoi dialokasikan untuk meningkatkan kualitas guru dan fasilitas pembelajaran serta mempergencar social marketing peningkatan citra sains, dampaknya bisa sangat besar dan berkelanjutan. Subsidi yang dicabut seharusnya
adalah subsidi bagi barang-barang konsumtif. Aktivitas yang diinginkan untuk dilakukan lebih banyak lagi oleh masyarakat karena membawa dampak positif jangka panjang, seperti pendidikan, wajib terus mendapat prioritas subsidi.

Dalam era otonomi daerah, terlihat ada beberapa daerah, seperti Riau, yang berkomitmen terhadap pembelajaran sains. Banyak program peningkatan pembelajaran sains yang mulai memperlihatkan hasil di daerah-daerah tersebut. Daerah-daerah tersebut bisa dijadikan percontohan bagi daerah lain.

Kompetisi adalah salah satu pemicu motivasi belajar. Olimpiade sains tingkat kabupaten perlu diprogramkan sehingga akan muncul TOFI-TOFI pada tingkat mikro dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Kompetisi inovasi dan bisnis seperti dipelopori oleh Yayasan Progressio (http://www.progressio.or.id) merupakan langkah inovatif untuk menjembatani sains dan bisnis. Penciptaan lapangan kerja dan
nilai tambah dengan memanfaatkan penemuan sains yang selama ini tidak terpakai akan menambah motivasi orang untuk lebih mempelajari sains. Kompetisi seperti itu pun perlu digalakkan dengan cakupan yang lebih luas dan juga pada level lebih mikro di tingkat daerah. Peningkatan motivasi, pemberian akses memadai, pembekalan (pelatihan
yang baik, guru berkualitas, dukungan prasarana yang prima) memang tidak bisa instan atau karbitan. The law of process berlaku di sini. Untuk itu diperlukan komitmen jangka panjang yang harus diikuti dengan langkah nyata agar dunia sains di Indonesia berkembang pesat. Tantangan ke depan memang berat. Memang diperlukan pengorbanan
kerjakeras, kerjacerdas, dan kerjasama untuk mencapai hasil yang didambakan. Mari berhenti berkeluhkesah dan mulai berkontribusi dalam kapasitas kita masing-masing. Dari pada mengutuki kegelapan, lebih baik menyalakan lilin. Selamat berjuang duta Bangsa Indonesia di Olimpiade Fisika Internasional dan olimpiade sains lainnya.

Lanjutkan ... → Sains dalam Catatan Roy Sembel

Mengemas Salingtemas dalam Pengajaran Sekolah

Kemajuan sains dan teknologi seringkali membawa dapak kepada lingkungan dan juga masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran Sains di sekolah, mengharuskan kita para guru untuk selalu mengkaitkan tema sains dengan teknologi, lingkungan dan masyarakat.

Bagaimanakah hubungan antara sains, teknologi, dan masyarakat dalam pengajaran sains? Pendekatan apa yang bisa dilakukan untuk mengemas ketiganya menjadi materi pengajaran sains di sekolah? Pendekatan sains, teknologi dan masyarakat (STM) atau biasa juga di Indonesia disebut dengan Salingtemas (sains-lingkungan-teknologi-masyarakat) mulai berkembang pada dasarwarsa 70-an, sebagai reaksi dari pola pengajaran sains post-Sputnik. Titik penekanan dari pola ini adalah mengembangkan hubungan antara pengetahuan ilmiah siswa dengan pengalaman keseharian mereka. Paling tidak terdapat dua konteks dalam pedekatan STM ini.

Konteks pertama adalah interaksi sehari-hari siswa dengan dunia sekitarnya. Suatu pengetahuan ilmiah yang luas akan memperkaya kehidupan individu, juga membuat berbagai pengalaman untuk diinterpretasi pada tahap yang berbeda. Pengembaraan di kebun atau hutan misalnya, akan memperoleh suatu pengalaman yang lain bila si pengembara/siswa tersebut memiliki pengetahuan biologi dan geologi. Berhubungan dengan hal ini juga adalah ketika pengetahuan ilmiah digunakan dalam menyelesaikan masalah praktis yang bisa muncul kapan saja di sekitar rumah tangga, seperti memperbaiki mainan atau peralatan listrik yang rusak. Namun, hal ini sudah lama disadari bahwa jika guru ingin siswanya mampu melakukan aplikasi pengetahuan ilmiah, maka latihan yang diberikan untuk hal itu harus lebih banyak. Untuk kebanyakan siswa, hal ini tidak datang secara alami, dan pengetahuan serta ketrampilan yang dipelajari di kelas sains biasanya disimpan dalam “kotak ingatan” yang berbeda dengan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Cakupan Luas
Konteks yang kedua melibatkan cakupan yang lebih luas antara sains melalui teknologi terhadap masyarakat, dengan tujuan ini pengajaran sains bergerak keluar dari sekedar pengajaran sains di kelas. Berbagai materi mulai dari dampak pencemaran udara terhadap lingkungan seperti efek rumah kaca yang berlanjut ke hujan asam, pemanasan global dan perubahan iklim dipelajari di kelas sains. Ruang lingkup STM lebih luas dari sekedar komponen sains dari hal tersebut, namun ke segala hal detil yang mempengaruhi kelangsungan hidup umat manusia secara keseluruhan. Pada pola ini pemahaman sains harus benar-benar dipahami dan ini melibatkan pengajaran sains pada tahapan yang lebih tinggi. Sehingga hal ini akan memberikan tantangan yang berarti bagi guru sains di kelas untuk menyesuaikan diri terhadap pembahasan permasalahan yang diulas dengan taraf pengetahuan siswa.

Pembahasan berbagai permasalahan STM akan membawa kepada pemahaman hal apa yang perlu dilakukan untuk menangani atau mencegah hal tersebut terjadi serta faktor apa saja yang terlibat atau tidak terhadap masalah tersebut membawa berbagai pengetahuan dan kepercayaan di luar pengajaran sains, dan hal nilah yang harusnya diintregrasikan dalam pengetahuan ilmiah. Para siswa diharapkan untuk dapat mulai melihat bahwa walaupun pengetahuan ilmiah berada di belakang permasalahan tersebut namun hal itu tidaklah cukup, diharapkan siswa melakukan tindakan bijak sebagai anggota masyarakat dalam memelihara kelestarian alam. Sehingga siswa belajar menyadari beberapa hal keterbatasan dalam sains yang merupakan bekal berarti bagi kehidupannya.

Pendekatan Lain
Pendekatan sikap dan nilai ilmiah dapat dibedakan dapat dilakukan dalam dua penekanan yang berbeda. Yang pertama melibatkan usaha untuk mengembangkan berbagai sikap tersebut yang dilihat sebagai sifat-sifat ilmuwan yang bila dikembangkan akan membantu siswa menyelesaikan persoalan sejenis seperti halnya ilmuwan menyelesaikannya.

Beberapa sikap tersebut diantaranya adalah :
§ Mengetahui butuhnya bukti sebelum membuat klaim pengetahuan
§ Mengetahui butuhnya berhati-hati ketika melakukan interpretasi pada hasil
percobaan/pengamatan
§ Kemauan untuk mempertimbangkan interpretasi lain yang juga masuk akal
§ Kemauan untuk melakukan aktivitas percobaan secara hati-hati
§ Kemauan untuk mengecek bukti dan interpretasinya
§ Mengakui keterbatasan penyelidikan secara ilmiah

Penekanan yang kedua adalah mengembangkan sikap-sikap khusus terhadap alam sekitar, mata pelajaran selain sains ataupun dasar untuk karir masa depan seperti halnya sikap terhadap sains.

Berbagai sikap tersebut seperti:
§ Rasa ingin tahu tentang alam fisik dan biologis dan bagaimana hal itu bekerja
§ Kesadaran bahwa sains dapat menyumbangkan hal untuk mengatasi masalah individu
ataupun global
§ Suatu antusiasme terhadap pengetahuan ilmiah dan metodanya
§ Suatu pengakuan bahwa sains adalah aktivitas manusia bukan sesuatu yang mekanis
§ Suatu pengakuan pentingnya pemahaman ilmiah dalam dunia yang modern
§ Suatu kenyataan bahwa pengetahuan ilmiah bisa digunakan untuk maksud baik maupun
jahat
§ Suatu pemahaman hubungan antara sains dan bentuk aktivitas manusia lainnya
§ Suatu pengakuan bahwa pengetahuan dan pemahaman sains berbeda dengan yang
dilakukan sehari-hari

Berbagai sikap di atas secara jelas berhubungan dengan sains, dan akan berpotensi terus berkembang khususnya ketika siswa terlibat dalam pelajaran sains di sekolah. Namun, terdapat juga sikap-sikap positif lainnya yang mana seorang guru sains dapat juga meneguhkan dan memperkuatnya seperti rasa tanggung jawab, kesediaan untuk bekerja sama, toleransi, rasa percaya diri, menghargai orang lain, kebebasan, dapat dipercaya dan kejujuran intelektual.

Pengembangan sikap-sikap ini biasanya merupakan konsekwensi tidak langsung dari seluruh pengalaman di sekolah maupun di dunia luar. Tidak seorang guru pun atau sekumpulan kegiatan yang akan bertanggung jawab terhadap sikap siswa terhadap sains. Penelitian dalam pendidikan misalnya, menunjukkan betapa kuatnya pengaruh hidden curriculum dibanding isi materi kurikulum terhadap cara pandang siswa terhadap dirinya, guru, sekolah maupun proses pendidikan. Namun, walaupun perubahan sikap adalah hal yang lambat dibanding pertambahan pengetahuan dan pengurukannya juga sulit dilakukan, hal ni tidak menjadikan bahwa hal itu tidak perlu dilakukan.
Pendekatan sifat alamiah dari sains adalah pendekatan yang membawa berbagai implikasi yang terkesan rumit baik bagi siswa maupun guru. Siswa yang belajar di kelas yang paling tidak mendapat tiga mata pelajaran sains (biologi, fisika dan kimia) akan berhadapan dengan beragam guru sains yang juga beragam sikap dan pandangannya tentang sains. Hal ini berpotensi untuk menimbulkan kebingungan siswa, sudut pandang guru yang mana yang memang lebih tepat? Cara yang lebih baik adalah dengan mengakui adanya keberagaman pandangan tentang sains dan kesulitannya mencari suatu konsensus, untuk kemudian mendiskusikan kekuatan dan kelemahan berbagai pandangan tersebut. Salah satu cara yang telah diterapkan adalah dengan pendekatan sejarah dan filsafat sains (History and Philosophy of Science) yaitu dimana siswa terlibat dalam mempelajari dan menganalisa sebab-sebab historis dimana prestasi sains berlangsung.

Sisi Manusiawi
Satu hal yang akan menjadi sulit pada pendekatan ini adalah ketidaksetujuan diantara para ilmuwan. Berbagai penemuan baru dan aplikasinya akan diperdebatkan antara ilmuwan, misalnya tentang system klasifikasi mahluk hidup, usulan bagi suatu tindakan terhadap berbagai masalah medis atau lingkungan yang bisa melibatkan kepentingan seluruh umat manusia di bumi. Pandangan sains secara tradisional sedikit menempatkan pertentangan ini lebih-lebih untuk siswa sekolah, namun pandangan lebih modern hal ini menjadi sesuatu yang tak terpisahkan. Sehingga hal-hal yang diperdebatkan baik hal tersebut masalah ilmiah atau sistem nilai adalah hal yang berguna untuk didiskusikan.

Berbagai fokus tersebut menggambarkan pentingnya sisi manusiawi dari sains. Biasanya siswa melihat sains sebagai suatu yang mekanis: para ilmuwan mengikuti sejumlah metoda untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Profil ilmuwan pun biasa digambarkan sebagai orang (biasanya laki-laki) yang berjas putih, serius dan melakukan tugas yang menjemukan. Kenyataannya, hal ini bisa menjadikan banyak siswa justru menghindari pelajaran sains atau menghindari profesi masa depan karir sebagai ilmuwan. Studi kasus sejarah juga dapat digunakan berbagai hal yang berkaitan.
Pendekatan kecakapan individu dan sosial adalah mengembangkan potensi siswa yang juga penting. Sains bukanlah berada dalam suatu posisi yang unik yang memberikan sumbangan terhadap perkembangan kecapakan ini, namun banyak pihak berpendapat bahwa semua guru harus mengembangkan kemampuan individu siswa seperti ketekunan, maupun kecakapan sosial seperti kerja sama. Jika anda sebagai guru mempercayainya, maka hal tersebut akan terlihat dari metoda mengajar yang anda dipraktekkan.

Lanjutkan ... → Mengemas Salingtemas dalam Pengajaran Sekolah

Belajar Tuntas, Apakah itu?

Belajar Tuntas (Matery Learning) atau belajar sebagai penguasaan (learning for mastery) adalah suatu falsafah tentang pembelajaran yang mengatakan bahwa dengan sistem pembelajaran yang tepat semua siswa akan dapat belajar dengan hasil yang baik dari seluruh bahan pelajaran yang di berikan di guru.

Pandangan ini menolak pendapat yang mengatakan bahwa tingkat keberhasilan siswa lebih banyak ditentukan oleh tingkat kecerdasan anak (IQ). Seperti telah disebutkan di atas, para pendukung strategi belajar tuntas berpendapat bahwa tingkat keberasilan siswa leih banyak ditentukan oleh kesempatan belajar serta kualitas pembelajaran yang diperoleh siswa daripada tingkat kecerdasan tradisional yang diyakini selama ini. Dijelaskan pula di atas, bahwa Carroll dalam Syamsudin (1983:84) berasumsi bahwa, jika setiap siswa diberi kesempatan belajar dengan waktu yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masing-masing anak, maka mereka akan mampu mencapai tarap penguasaan yang sama. Oleh karena itu, tingkat penguasaan belajar merupakan fungsi dari proporsi jumlah waktu yang disediakan guru, dengan jumlah waktu yang diperlukan anak untuk belajar. Meskipun demikian, motivasi belajar, kemampuan memahamai pembelajaran dan kualitas pembelajaran merupakan faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap kualitas penguasaan belajar.

Maksud utama belajar tuntas ialah agar sebagaian besar siswa (75-100%) dapat mencapai tingkat Mastery (penguasaan bahan). Kecuali itu, belajar tuntas juga di maksudkan untuk efisiensi belajar, meningkatkan minat belajar dan membiasakan/melatih sikap dan cara-cara belajar yang benar. Ada dua macam konsep belajar tuntas, yaitu (1) strategi belajar tuntas perorangan dan (2) strategi belajar tuntas kelompok. Namun demikian keduanya berusaha untuk mengembangkan setiap siswa sebaik-baiknya, yaitu dengan cara berikut. a. Membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. b. Menyediakan waktu yang cukup unuk belajar. c. Memberi kepastian kepada siswa mengenai bahan yang harus dipelajari, baik ruang lingkup maupun tingkat kesukarannya.
Lanjutkan ... → Belajar Tuntas, Apakah itu?

Bidang Kajian dan Karakteristik PTK (2)

McNiff (1992: 1) dalam bukunya yang berjudul Action Research: Principles and Practice memandang PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan kurikulum, pengembangan sekolah, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya. Dalam PTK guru dapat meneliti sendiri terhadap praktik pembelajaran yang ia lakukan di kelas. Dengan melakukan penelitian tindakan, guru dapat memperbaiki praktik-praktik pembelajaran menjadi lebih efektif.

A. Bidang Kajian PTK
Bidang kajian penelitian PTK adalah sebagai berikut.
1) Masalah belajar siswa sekolah (termasuk di dalam tema ini, antara lain: masalah belajar di kelas, kesalahan-kesalahan pembelajaran, miskonsepsi, dan sebagainya);
2) Desain dan strategi pembelajaran di kelas (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam metode pembelajaran, interaksi di dalam kelas, dan sebagainya);
3) Alat bantu, media, dan sumber belajar (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah penggunaan media, perpustakaan, dan sumber belajar di dalam/luar kelas, dan sebagainya);
4) Sistem evaluasi (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrumen evaluasi berbasis kompetensi, dan sebagainya);
5) Masalah kurikulum (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah implementasi KBK, interaksi guru-siswa, siswa-bahan abelajar, dan lingkungan pembelajaran, dan sebagainya.
6) Masalah manajemen kelas atau sekolah.

B. Karakteristik PTK
Priyono memberikan enam karakteristik penelitian tindakan kelas sebagai berikut.
1. On-the job problem-oriented (masalah yang diteliti adalah masalah yang riil yang muncul dari dunia kerja peneliti/ yang ada dalam kewenangan/ tanggung jawab peneliti).
2. Problem-solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah).
3. Improvement-oriented (berorientasi pada peningkatan kualitas).
4. Multiple data collection (berbagai cara koleksi data dipergunakan). Untuk memenuhi prinsip ‘critical approach’ (kebenaran itu subjektif/ problematik), berbagai cara pengumpulan data umumnya digunakan, seperti (1) observasi, (2) tes, (3) wawancara, dan (4) kuesioner.
5. Cyclic (siklis), konsep tindakan pada dasarnya diterapkan melalui urutan-urutan planning, observing, action, and reflecting.
6. Partisipatory/collaborative. Peneliti bekerja sama dengan orang lain (ahli) dalam melakukan setiap langkah.

Suyanto mengemukakan karakteristik PTK secara lebih sederhana, yaitu sebagai berikut.
Pertama, permasalahannya diangkat dari dalam kelas tempat guru mengajar yang benar-¬benar dihayati oleh guru sebagai masalah yang harus diatasi. Masalah tidak berasal dari luar atau disarankan oleh orang lain yang tidak tahu-menahu masalah yang terjadi di dalam kelas. Masalah juga bukan berasal dari hasil penelitian atau hasil kajian lain yang di luar penghayatan guru.
Kedua, PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif. Guru tidak harus sendirian berupaya memperbaiki praksis pembelajarannya. Ia dapat dibantu oleh pakar pendidikan, dosen LPTK, atau kepala sekolah, pengawas, atau bahkan oleh guru lain.
Ketiga, PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.

Lanjutkan ... → Bidang Kajian dan Karakteristik PTK (2)
 

Blogger news

Blogroll

Most Reading