Assalamu'alaikum Wr. Wb

Kepada bapak/ibu guru, silahkan kirim artikel pendidikan atau hasil penelitian yang telah di lakukan untuk dimuat di blog ini

Blogroll

RelmaxTop. Free powerful counter for your website

Pembelajaran Sains Dan Pendekatan CTL

Proses pembelajaran dirancang untuk memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif yang ditunjukkan siswa, baik berkaitan dengan aspek kognitif, keterampilan, maupun pematangan sikap dan kepribadian seperti rasa tanggung jawab, jujur, menghargai pendapat/karya orang lain.

Beberapa pendekatan dalam mengembangkan proses pembelajaran Biologi telah banyak diterapkan seiring dengan diberlakukannya berbagai kebijakan yang berkaitan dengan kurikulum. Pendekatan CBSA, Keterampilan Proses, Inkuari, Konstruktivisme, STS (Science Technology and Society), SETS (Science, Environment, Technology and Society), JAS (Jelajah Alam Sekitar) merupakan contoh pendekatan yang dapat diimplementasikan dalam pembelajaran Biologi. Melalui pendekatan-pendekatan tersebut juga telah dijabarkan ke dalam berbagai bentuk model dan strategi pembelajaran Biologi, yang penerapannya diharapkan mampu meningkatkan efisiensi dan kualitas belajar siswa.

Dalam perjalanannya, penerapan pendekatan-pendekatan dalam membelajarkan siswa tersebut mengalami kendala yang bersifat sistemik. Keterbatasan waktu, target ketuntasan pengeasaan materi pelajaran, serta sistem pengukuran dan pengujian hasil belajar siswa merupakan variabel-variabel utama yang menyebabkan belum terlaksananya pendekatan-pendekatan tersebut secara optimal.

Diberlakukannya kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi), mengundang respon berbagai kalangan permerhati dan pelaksana pendidikan untuk memikirkan dan selanjutnya menyusun berbagai perangkat pendukung pembelajaran dalam rangka memenuhi harapan-harapan yang tertuang dalam Kurikulum 2004. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan salah satu perangkat alternatif untuk mewujudkan pembelajaran yang efisien dan efektif sesuai dengan kurikulum 2004.
Pendekatan CTL merupakan pendekatan dalam proses pembelajaran yang membantu guru menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa sehingga mendorong siswa untuk mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang diperoleh dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui CTL, siswa dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran yang bermakna yang membantu mereka menghubungkan kajian-kajian akademik dengan situasi kehidupan nyata mereka.

Pendekatan CTL dikembangkan dengan memperhatikan 5 hal, yaitu:
1. Relating, yaitu kegiatan pembelajaran dengan menghubungkan konten/materi pelajaran dengan konteks sehari-hari yang mudah dikenali siswa.
2. Experiencing, yaitu pembelajaran yang dikembangkan agar siswa mampu mempelajari sesuatu dengan melakukan dan menemukan sendiri dengan daya kreasi dan imajinasinya.
3. Applying, yaitu pembelajaran yang memungkinkan siswa mampu menerapkan pengetahuan yang diperolehnya untuk memecahkan suatu permasalahan.
4. Cooperating, yaitu pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama dengan yang lain dalam melakukan kegiatan bermakna, menghargai dan mampu menanggapi dengan baik pendapat teman.
5. Transfering, yaitu pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan yang telah dimiliki dalam situasi lain.

Penerapan pendekatan CTL yang baik yang dikemas dengan mengintegrasikan antara kegiatan yang bermakna dalam pembelajaran dan permasalahan yang tersirat dalam pelajaran, akan membiasakan siswa melakukan learning how to learn (belajar bagaimana seharusnya mempelajari sesuatu).

Dasar pengembangan pendekatan pembelajaran ini adalah sebagai berikut.
a. Hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar
• Siswa belajar dari mengalami, tidak hanya sekedar menghafal
• Pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan sesuatu yang terorganisasi.
• Proses belajar dapat merubah struktur kognisi di otak
• Pengetahuan merupakan keterampilan yang dapat diterapkan
• Siswa terbiasa menghadapi dan memecahkan masalah
b. Hal-hal yang berkaitan dengan transfer belajar
• Hasil belajar siswa tidak diperoleh dari pemberian orang lain
• Keterampilan dan pengetahuan dapat ditingkatkan, sedikit demi sedikit
• Penting dipahami oleh siswa “untuk apa” ia belajar, dan “bagaimana” ia menggunakan pengetahuan dan keterampilannya.

c. Siswa adalah manusia yang mampu belajar
• Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dan menekuni bidang tertentu
• Untuk mempelajari hal-hal tertentu dibutuhkan strategi belajar
• Peran guru adalah membantu menghubungkan apa yang telah diketahui siswa dengan pengetahuan yang akan dipelajari
• Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri

d. Pentingnya lingkungan belajar
• Pembelajaran akan lebih bermakna jika berpusat pada siswa.
• Siswa bekerja dan berkarya, guru mengarahkan
• Guru mengarahkan “bagaimana memperoleh pengetahuan” dan “bagaimana menerapkan pengetahuannya”
• Bekerja dalam kelompok kecil lebih efektif
• Assessment (pengukuran hasil belajar) yang benar akan membantu siswa.

Selanjutnya, bagaimana pelaksanaan CTL dalam pembelajaran Biologi?

Terdapat 7 komponen yang harus diperhatikan jika kita akan menerapkan pendekatan ini dalam pembelajaran Biologi. Komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut.

1. Konstruktivisme
Strategi yang penting diperhatikan adalah “bagaimana siswa memperoleh pengetahuan”. Guru memberikan kesempatan dan mengarahkan siswa untuk menemukan pengetahuan melalui kegiatan yang telah direncanakan (by design).

2. Inquiry (menemukan)
Dengan mempersiapkan kegiatan yang bermakna, siswa diajak untuk melakukan penyelidikan dan penemuan. Keterampilan yang harus dicermati selama kegiatan ini berlangsung adalah merumuskan masalah, observasi, bertanya, mengajukan dugaan, mengumpulkan data, dan menyimpulkan.

3. Questioning (bertanya)
Bagi guru kegiatan bertanya dapat dimanfaatkan untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan siswa. Sebaliknya bagi siswa, bertanya merupakan kegiatan untuk menggali informasi dan mengkonfirmasikan apa yang telah dipahami. Kegiatan bertanya ini dapat dilakukan oleh guru kepada siswa, siswa kepada guru, ataupun siswa kepada siswa lainnya (dalam kelompok).

4. Learning community/ sharing ideas (berbagi pengetahuan)
Setiap pihak harus sadar bahwa setiap orang memiliki pengetahuan dan pengalaman. Jika setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang dapat menjadi sumber belajar. Pembentukan kelompok kemudian berdiskusi, mendatangkan “ahli/narasumber” ke kelas, merupakan langkah yang dapat ditempuh dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

5. Modeling (pemodelan)
Model yang diintegrasikan dengan tepat dalam pembelajaran akan membantu visualisasi siswa dalam memahami konsep yang dimodelkan. Model dapat berupa guru (mendemonstrasikan sesuatu), siswa (berperan sebagai sesuatu), atau dapat juga unsur dari ahli yang kompeten yang didatangkan sesekali waktu.

6. Reflection (refleksi)
Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang telah dipelajari. Pada akhir pelajaran guru memberi kesempatan siswa untuk melakukan refleksi, pengendapan, mencatat apa yang telah dipelajari dan lebih memahami ide-ide baru tersebut. Pengendapan dapat berupa pertanyaan guru, kesan siswa terhadap pembelajaran, diskusi, atau menghasilkan sebuah karya.

7. Authentic assessment (pengukuran hasil belajar yang sesungguhnya)
Assessment merupakan proses pengumpulan berbagai data untuk memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data ini dapat berupa tes tertulis, proyek (laporan kegiatan), karya siswa, performance (penampilan presentasi) yang terangkum dalam portofolio siswa.
SUMBER : Makalah Drs. Sigit Saptono, M.Pd
Lanjutkan ... → Pembelajaran Sains Dan Pendekatan CTL

Pembelajaran IPA Terpadu, Bagaimana?

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif. Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.

Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu:
(1) sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, mahluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended;
(2) proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
(3) produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;
(4) aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru. Kecenderungan pembelajaran IPA pada masa kini adalah peserta didik hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorientasi pada tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran.

Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual. Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah. Peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik yang cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri. Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik per kelas yang terlalu banyak.

Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena itu, diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Dalam kenyataan, memang tidak banyak peserta didik yang menyukai mata pelajaran IPA, karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan peserta didik, atau karena mereka tak berminat menjadi ilmuwan atau ahli teknologi. Namun demikian, mereka tetap berharap agar pembelajaran IPA di sekolah dapat disajikan secara menarik, efisien, dan efektif.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dicapai peserta didik yang dituangkan dalam empat aspek yaitu, makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta.

Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan oleh sekolah, disesuaikan dengan lingkungan setempat, dan media serta lingkungan belajar yang ada di sekolah. Semua ini ditujukan agar guru dapat lebih aktif, kreatif, dan melakukan inovasi dalam pembelajaran tanpa meninggalkan isi kurikulum.

Melalui pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta didik dapat membangun pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah.

Lanjutkan ... → Pembelajaran IPA Terpadu, Bagaimana?

Sains dan Eksperimen

Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) dapat dipandang sebagai produk dan sebagai proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil temuan-temuan para ahli saintis, berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori-teori. Sedangkan IPA sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para ahli saintis dalam menemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan-temuan tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam. IPA sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari hakekatnya IPA sebagai proses.

Perkembangan kognitif siswa MTs termasuk dalam tahapan perkembangan operasional konkrit. Tahapan ini ditandai dengan cara berpikir yang cenderung konkrit/nyata. Siswa mulai mampu berpikir logis yang elementer, misalnya mengelompokkan, merangkaikan sederetan objek, dan menghubungkan satu dengan yang lain. Konsep reversibilitas mulai berkembang. Pada mulanya bilangan, kemudian panjang, luas, dan volume. Siswa masih berpikir tahap demi tahap tetapi belum dihubungkan satu dengan yang lain.
Uraian di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran IPA di MTs yang perlu diajarkan adalah produk dan proses IPA karena keduanya tidak dapat dipisahkan. Guru yang berperan sebagai fasilitator siswa dalam belajar produk dan proses IPA harus dapat mengemas pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Ada beberapa prinsip pembelajaran IPA untuk MTs yang harus diperhatikan oleh guru. Prinsip tersebut antara lain:
1. Pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita di mulai melalui pengalaman baik secara inderawi maupun non inderawi.
2. Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat secara langsung, karena itu perlu diungkap selama proses pembelajaran. Pengetahuan siswa yang diperoleh dari pengalaman itu perlu diungkap di setiap awal pembelajaran.
3. Pengetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang konsisten dengan pengetahuan para ilmuwan, pengetahuan yang Anda miliki. Pengetahuan yang demikian Anda sebut miskonsepsi. Anda perlu merancang kegiatan yang dapat membetulkan miskonsepsi ini selama pembelajaran.
4. Setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang, dan relasi dengan konsep yang lain. Tugas sebagai guru IPA adalah mengajak siswa untuk mengelompokkan pengetahuan yang sedang dipelajari itu ke dalam fakta, data, konsep, simbol, dan hubungan dengan konsep yang lain.
5. IPA terdiri atas produk dan proses. Guru perlu mengenalkan kedua aspek ini walaupun hingga kini masih banyak guru yang lebih senang menekankan pada produk IPA saja. Perlu diingat bahwa perkembangan IPA sangat pesat.
Guru yang akan mengembangkan IPA sebagai proses, maka akan memasuki bidang yang disebut prosedur ilmiah. Guru perlu mengenalkan cara-cara mengumpulkan data, cara menyajikan data, cara mengolah data, serta cara-cara menarik kesimpulan.

Ketercapaian Konsep
Proses belajar dan mengajar merupakan suatu langkah untuk membimbing siswa dalam menguasai suatu konsep dan sub konsepnya. Siswa dibimbing melalui metode mengajar dan media pembelajaran sehingga dapat menguasai konsep suatu pokok bahasan. Ketercapaian konsep merupakan konsep-konsep dalam Standar Isi KTSP yang secara minimal harus dikuasai oleh siswa. Ketercapaian konsep dapat diukur melalui tes ketercapaian konsep kepada siswa.

Kemampuan siswa dapat digolongkan menjadi 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Hasil belajar ranah kognitif berkaitan dengan penalaran dan mudah diamati dengan menggunakan tes. Menurut Gorman dalam Bambang Subali dan Paidi (2002: 13) kemampuan seseorang meliputi kemampuan intelektual (aptitude) dan kemampuan psikomotor. Kemampuan intelektual mencakup produk dan proses. Adapun yang termasuk produk adalah fakta, konsep, dan struktur ilm pengetahuan, sedangkan yang termasuk proses adalah kreativitas, pemecahan masalah, dan komprehensif. Pencapaian belajar atau hasil belajar duperoleh setelah melakukan suatu program pembelajaran. Penilaian atau evaluasi hasil belajar siswa merupakan salah satu cara untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Metode Pembelajaran Eksperimen
Keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) tergantung pada banyak faktor, salah satunya adalah metode mengajar yang dilakukan oleh pendidik (guru). Guru yang mengajar dengan metode yang tepat akan membuat siswa senang, tekun, antusias, dan mudah memahami materi pelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Ada berbagai macam metode mengajar yang dapat dilakukan oleh guru antara lain metode ceramah, diskusi, tanya jawab, brainstorming, eksperimen, resitasi, demonstrasi, bermain peran, kerja kelompok, dan karya wisata (media.diknas.go.id)

Salah satu metode mengajar yang penting dan erat kaitannya dengan pembelajaran IPA adalah metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan suatu metode mengajar di mana guru bersama siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dari hasil percobaan itu. Misalnya, ingin memperoleh jawaban tentang kebenaran sesuatu, mencari cara-cara yang lebih baik, mengetahui elemen/unsur-unsur apakah yang ada pada suatu benda, ingin mengetahui apakah yang akan terjadi, dan sebagainya. Metode eksperimen atau percobaan dapat diartikan juga sebagai suatu metode pemberian kesempatan kepada siswa perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan (Adrian, 2004).
Setiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing. Tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara metode-metode yang lain. Suatu metode baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi tidak tepat untuk situasi yang lain. Suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain (pakguruonline.pendidikan.net). Metode eksperimen pun mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan Metode Eksperimen
• Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau membaca buku.
• Siswa dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
• Metode ini dapat menumbuhkan dan membina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan hasil percobaan yang bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
 Kekurangan Metode Eksperimen

Membutuhkan peralatan yang sulit didapat sehingga tidak semua siswa berkesempatan melakukan percobaan.
Eksperimen yang memerlukan waktu yang lama akan membutuhkan waktu pembelajaran yang lama pula.
Metode eksperimen lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
(Adrian, 2004)

Daftar Pustaka
• Adrian. (2004). Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi belajar Siswa. Makalah disampaikan pada diskusi mahasiswa pasca sarjana UHAMKA. diambil dari: http://re-searchengines.com/art05-65.html
• Anonim. (2008). Teori Pengembangan kogniif. diambil dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif
• Anonim. (2008). Macam Metode Pendampingan. diambil dari: http://media.diknas .go.id/media/document/3553.pdf
• Anonim. (2008). Inisiasi Pembelajaran IPA 1 : Hakekat IPA. diambil dari: http:// fip.uny.ac.id/pjj/wp-content/uploads/2008/02/inisiasi_pemngembangan_ pembelajaran_ipa_1.pdf
• Bambang Subali & Paidi. (2002). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Yogyakarta: FMIPA UNY
• Nuryani R. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UNM

Lanjutkan ... → Sains dan Eksperimen

POS UN 2010/2011











































Akirnya PEDOMAN OPERASIONAL STANDAR (POS) Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2010/2011 dan peraturan Menteri Pendidikan Nasional yang mengatur pelaksanaan Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2010/2011 sudah dipublikasian. Berikut ini link untuk downloadnya.

  1. PEDOMAN OPERASIONAL STANDAR (POS) UN SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB DAN SMK TP. 2010/2011
  2. SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA KELULUSAN PESERTA DIDIK PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH, SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA, SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH, SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA, DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011
  3. SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH DAN UJIAN NASIONAL PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH, SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA, SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH, SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA, DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011
  4. KISI-KISI UJIAN NASIONAL SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB DAN SMK TAHUN PELAJARAN 2010/2011
  5. PREDIKSI SOAL UJIAN NASIONAL SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2010/2011 MATA PELAJARAN MATEMATIKA
Ujian akhir pada tahun pelajaran 2010/2011 ini terasa akan semakin berat dan ramai, karena disamping UJIAN NASIONAL yang sudah diberatkan dengan empat mata pelajaran didalamnya, akan bertambah dengan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) Mata Pelajaran PAI untuk SD, SMP dan SMA/SMK. POS UASBN PAI ini sudah keluar tetapi di blog ini belum dapat diberikan link dowloadnya karena kami dikirimkan dokumennya dalam bentuk print out dari Direktorat Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, semoga dalam waktu dekat ini kita akan diberikan link dowloadnya. Sumber: http://nurmanspd.wordpress.com/petunjuk-operasional-standar-pos-ujian-nasional-tahun-2010/

Lanjutkan ... → POS UN 2010/2011
 

Blogger news

Blogroll

Most Reading