Assalamu'alaikum Wr. Wb

Kepada bapak/ibu guru, silahkan kirim artikel pendidikan atau hasil penelitian yang telah di lakukan untuk dimuat di blog ini

Blogroll

RelmaxTop. Free powerful counter for your website

KTSP dan Agenda Pendidikan Teknologi

Ibarat sebuah busur dengan anak panahnya, atau sebuah kepeng dengan sisi-sisinya. Sains dan Teknologi, keduanya saling mengisi, melengkapi satu sama lain. Perkembangan Sains yang pesat, diiringi dengan perkembangan teknologi. Sebaliknya, kemajuan teknologi memberikan wahana yang memungkinkan Sains dapat berkembang dengan pesat pula. Fensham dan Gardner (1994) bahkan mengibaratkan Sains sebagai generator/pembangkit bagi pesatnya teknologi. Sementara itu, teknologi seringkali merupakan bentuk aplikasi dari konsep-konsep yang dipelajari bidang Sains.

Perkembangan Sains dan Teknologi yang massive saat ini tengah menjadi salah satu ciri abad modern. Abad kompetisi, abad dimana persaingan sumber daya manusia (SDM) menjadi sangat ketat. Artinya, siapapun yang memiliki keunggulan insani; spiritual, emosional, intelektual dan skill, maka dapat dipastikan mereka akan menguasai laju sejarah peradaban manusia. Sebaliknya, bila tidak memiliki keunggulan-keunggulan dimaksud, mereka pun hidup hmap tanpa harapan, tanpa tujuan dan tiada arti. Oleh karena itu, upaya alih Sains dan Teknologi saat ini telah menjadi agenda utama yang maha penting bagi semua negara berkembang tak terkecuali negara kita tercinta, Indonesia.
Kebijakan alih Sains dan Teknologi di negara kita, khususnya pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, terintegrasi ke dalam mata pelajaran Sains. Fungsinya sebagaimana tertuang dalam Kurikulum 2006 (KTSP) antara lain: mengembangkan ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah, mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek Sains dan Teknologi, serta menguasai konsep Sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Akankah agenda pendidikan teknologi ini dapat mencapai tujuan? Atau, akan bernasib sama dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya yang mengalami pergantian tanpa perbaikan dan evaluasi seiring bergantinya sang menteri?

Merubah Paradigma
Kita semua tahu bahwa pelaksanaan kurikulum 1994 beserta suplemennya, mendapat sorotan dan kritikan tajam dari publik. Dalam konteks pendidikan teknologi misalnya, sangat disayangkan upaya yang dilakukan hanya menyentuh salah satu aspek saja, aykni sains sebagai proses. Prakteknya pun belum sampai pada pembentukan sikap ilmiah para siswa. Sementara sisi Sains sebagai produk, boleh dikata terabaikan. Pengajaran Sains yang dilakukan, belum banyak menyentuh aspek-aspek teknologi. Meskipun dalam kehidupan sehari-hari para guru dan siswa, dikelilingi dengan produk-produk teknologi. Namun, tak pernah terintegrasi dalam pengajaran di kelas. Akibatnya, meskipun mereka mempelajari konsep listrik, dalam kenyataannya mereka tidak mampu menyambung sekering yang putus.
Persepsi kita terhadap teknologi saat ini, umumnya masih sempit. Teknologi diidentikkan dengan peralatan canggih seperti komputer, proyektor, LCD, pesawat ruang angkasa dan lain-lain. Teknologi dianggap sebagai barang mewah, mahal, susuh dijangkau dan sukar dipelajari. Pandangan seperti ini sah-sah saja, tidak sepenuhnya salah. Namun persepsi ini sedikit banyak mempengaruhi pola pikir pengelola sekolah (masyarakat, kepala, guru dan orang tua siswa), sehingga selalu terjadi tarik-ulur dalam upaya penyediaan produk teknologi seperti komputer.
Harga yang mahal adalah alasan klasik yang selalu mengemuka dan menggagalkan segala upaya. Akibatnya, pendidikan teknologi yang telah diamanatkan kurikulum terabaikan. Sementara, rendahnya pemahaman dan kemampuan teknologi para guru juga turut menyumbang atas kegagalan pelaksanaan pendidikan teknologi di antara kita.
Sejak zaman dahulu teknologi sebenarnya telah ada dan atau manusia pun sudah menggunakannya. Ketika manusia memecahkan kemiri dengan batu atau memetik buah dengan galah misalnya, sesungguhnya mereka telah menggunakan teknologi, yaitu menggunakan teknologi sederhana. Pengertian ini seharusnya menuntun para guru dalam menghapus misconception dan merubah persepsi tentang teknologi yang berlangsung selama ini. Teknologi kini harus dipandang secara luas, yakni menyangkut teknologi modern (canggih) dan teknologi sederhana. Proses pembuatan tempe, tahun, tape dan atau membuat rancangan/desain kandang ayam adalah contoh teknologi sederhana yang banyak ditemukan di sekitar kita. Mengapa tidak kita kembangkan dalam pembelajaran Sains?
Pengembangan Bahan Ajar
Dunia anak didik kita, saat ini telah banyak dipenuhi dengan beraneka ragam mainan. Mulai dari mobil-mobilan, pesawat terbang, boneka-bonekaan, perkakas alat dapur dan lain sebagainya. Bahan dasar pembuatannya ada yang berasal dari kayu, plastik hingga terbuat dari logammetal; dengan bentuk mulai dari ukuran mini hingga jumbo, dan dengan harga yang bervariasi, dari yang relatif murah hingga yang mahal. Semua tersedia di toko-toko mainan. Mengapa tidak kita kembangkan dan kita gali sebagai media dalam pengajaran Sains?
Mainan/toys dengan segala sifat yang dimilikinya, menurut Thomas O’Brien (1993) dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, mengkonkretkan teori-teori abstrak, relevan dengan siswa, serta digunakan untuk mendemonstrasikan teori-konsep Sains dalam dunia nyata siswa. Mainan juga mampu memberi dorongan kepada siswa untuk membangun kreativitasnya, dengan mengkonstruksi model sebuah project (misal merancang/membuat mobil mainan bertenaga baterry sebagai penggerak) serta dapat digunakan sebagai alat simulasi praktikum.
Selanjutnya kegiatan masak-memasak/cooking kini pun bukan lagi monopoli wanita. Saat ini bayak dijumpai koki laki-laki di berbagai restoran. Kegiatan cooking pun kini pun familier dan popular dikalangan siswa-siswi. Tidak jarang siswa laki-laki membantu ibu mereka di dapur, meskipun hanya sekedar merebus air. Oleh karena itu, cooking sangat relevan bila dikembangkan untuk menggali konsep Sains dalam hubungannya dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Menurut Klindworth (2000), partisipasi aktif siswa dalam kegiatan cooking, memungkinkan mereka memperluas pemahaman bagaimana saintis bekerja. Ketrlibatan siswa seperti ini akan mengembangkan ketrampilan dan kemampuan siswa dalam melakukan pengamatan, perencanaan dan pelaksanaan, analisis dan penelitian , memebuat dugaan sementara serta menyimpulkan dan mengkomunikasikan hasil. Kompetensi dasar seperti inilah yang akan dikembangkan dalam mendatang, dengan mengembangkan ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah kepada siswa.
Ketika siswa praktik membuat misalnya, guru dapat menggali pengetahuan siswa tentang konsep kalor perubahannya. Atau melakukan ukuran suhu zat dengan termometer dalam memasak menggunakan tungku listrik, guru pun mengembangkan konsep Sains terhadap daya dan energi listrik dan lain sebagainya. Mengapa guru Sains tidak menjalin kerja sama dengan guru ketrampilan?
Makanan ringan seperti chiken, indomie, cokelat, susu dan lain-lain, akrab dalam kehidupan siswa sehari-hari. Hampir semua makanan ringan menggunakan teknologi kemasan. Mengapa digunakan sebagai bahan penelitian? Penelitian tentang bahan makanan yang ada pada kemasan dapat menumbuh-kembangkan ketrampilan proses siswa. Penelitian ini pun dapat merubah pola makan jajan siswa, karena siswa telah mengetahui dan mampu membedakan mana yang sehat, seimbang dan bergizi bagi tubuhnya.
Sementara, dalam kehidupan sekarang siswa bayak dihadapkan pada ragam jenis dan produk teknologi yang dijumpai, dimanfaatkan maupun dinikmati. Mereka akrab dengan radio, TV, Video, CD, kulkas/freezer, kodak dan lain-lain. Mengapa tidak kita gunakan sebagai media dalam pembelajaran? Video, VCD dan komputer dalam pembelajaran misalnya, dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengejaran (Wong & Smith, 1995) dan seorang guru dalam meningkatkan perhatian, minat dan motivasi belajar karena mampu menampilkan gambar animasi, suara dan lain sebagainya (...and Brook, 1996). Selain itu digunakan sebagai alat bagi siswa dalam mengajarkan konsep-konsep. Siswa pun dapat melakukan melalui latihan/driil soal-soal secara berulang-ulang.
Salah satu kelemahannya adalah banyak ditemukan di pasaran, kaset atau CD program pengajaran, pun kalau ada, instruksi yang ditampilkan seringkali complicated sehingga dibutuhkan kejelian untuk mengintegrasikan dalam pengajaran kelas. Inilah peluang bisnis para pengusaha, untuk kerja sama dengan para pakar pendidikan untuk menyediakan CD atau kaset yang berisi program pengajaran. Kelemahan yang lain adalah, masih banyak guru yang memiliki kemampuan teknologi rendah, sehingga perlu pembenahan SDM guru terutama yang menyangkut kemampuan penggunaan teknologi dalam pengajaran.
Akhirnya, upaya alih Sains dan Teknologi yang menjadi agenda bangsa dan telah diamanatkan kurikulum 2006 (KTSP), akan dapat tercapai secara optimal bila pengelola pendidikan (kepala, guru dan orang tua siswa) benar-benar berupaya secara sungguh-sungguh. Artinya, meskipun produk teknologi canggih penunjang KBM belum tersedia di sekolah, para guru tetap berupaya memberikan bekal kemampuan/kompetensi teknologi kepada siswa-siswi. Semoga.

Lanjutkan ... → KTSP dan Agenda Pendidikan Teknologi

Contoh Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi

Berikut disajikan contoh kegiatan pembelajaran yang termasuk dalam eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Silahkan cari lagi dan tambahkan untuk membantu teman-teman guru lain ...

a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi guru:
1. Memberikan stimulus berupa pemberian materi oleh guru mengenai cara membaca dan membuat data dalam bentuk tabel (daftar), cara membaca dan membuat data dalam bentuk diagram.
2. Mendiskusikan materi bersama siswa (Buku : Bahan Ajar Matematika Pariwisata mengenai cara membaca dan membuat data dalam bentuk tabel (daftar), cara membaca dan membuat data dalam bentuk diagram.
3. Memberikan kesempatan pada peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau mempresentasikan mengenai cara membaca dan membuat data dalam bentuk tabel (daftar), cara membaca dan membuat data dalam bentuk diagram berhubungan dengan penyelesaian suatu soal.
4. Melibatkan peserta didik dalam membahas contoh dalam Buku : Bahan Ajar Matematika Pariwisata mengenai cara membaca dan membuat data dalam bentuk tabel (daftar), cara membaca dan membuat data dalam bentuk diagram..
………………….

b. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi guru:
1. Membiasakan peserta didik membaca dan membuat data dalam bentuk tabel atau diagram.
2. Menerjemahkan peta undangan, poster dan lain sebagainya
3. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas mengerjakan latihan soal yang ada pada buku ajar matematika pariwisata untuk dikerjakan secara individual.

c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi guru:
1. Memberikan umpan balik pada peserta didik dengan memberi penguatan dalam bentuk lisan pada peserta didik yang telah dapat menyelesaikan tugasnya.
2. Memberi konfirmasi pada hasil pekerjaan yang sudah dikerjakan oleh peserta didik melalui sumber buku lain.
3. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang sudah dilakukan
4. Memberikan motivasi kepada peserta didi yang kurang dan belum bisa mengikuti dalam materi mengenai cara membaca dan membuat data dalam bentuk tabel (daftar), cara membaca dan membuat data dalam bentuk diagram..


Lanjutkan ... → Contoh Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi

Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi …?

Saat ini guru dianjurkan untuk membuat RPP dan silabus yang menggunakan fase-fase eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Namun belum banyak yang memahami, oleh karena itu posting berikut ini disajikan sedikit pengertian tentang eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.

Eksplorasi
Eksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan pemahaman atas suatu fenomena (American Dictionary). Strategi yang digunakan memperluas dan memperdalam pengetahuan dengan menerapkan strategi belajar aktif.
Pendekatan pembelajaran yang berkembang saat ini secara empirik telah melahirkan disiplin baru pada proses belajar. Tidak hanya berfokus pada apa yang dapat siswa temukan, namun sampai pada bagaimana cara mengeksplorasi ilmu pengetahuan. Istilah yang populer untuk menggambarkan kegiatan ini ialah “explorative learning”. Konsep ini mengingatkan kita pada pernyataan Lao Tsu, seorang filosof China yang menyatakan “I hear and I forget. I see and I remember. I do and I understand.”
Jaringan komputer pada saat ini telah dikembangkan menjadi media yang efektif sebagai penunjang efektifitas pelaksanaan pembelajaran eksploratif. Salah satu model yang dikembangkan oleh Heimo adalah Architecture of Integrated Information System sebagai model terintegrasi yang menggambarkan kompleksnya proses pembelajaran yang efektif dan interaktif.
Pendekatan belajar yang eksploratif tidak hanya berfokus pada bagaimana mentransfer ilmu pengetahuan, pemahaman, dan interpretasi, namun harus diimbangi dengan peningkatan mutu materi ajar. Informasi tidak hanya disusun oleh guru. Perlu ada keterlibatan siswa untuk memperluas, memperdalam, atau menyusun informasi atas inisiatifnya. Dalam hal ini siswa menyusun dan memvalidasi informasi sebagai input bagi kegiatan belajar (Heimo H. Adelsberger, 2000).
Peta Konsep yang dikembangkan oleh Laurillard (2002) dalam tulisan Heimo menunjukan kompleksitas kegiatan eksplorasi dalam proses pembelajaran yang mengharuskan adanya proses dialog yang (1) interaktif (2) adaptif, interaktif dan reflektif (3) menggambarkan tingkat-tingkat penguasaan pokok bahasan (4) menggambarkan level kegiatan yang berkaitan dengan meningkatkan keterampilan menyelesaikan tugas sehingga memeperoleh pengalaman yang bermakna. Ada pun konsep tersebut dapat disajikan seperti diagram di bawah ini :
Pendekatan eksploratif berkembang sebagai pendekatan pembelajaran dalam bidang lingkungan atau sains. Sylvia Luretta dari Fakultas Pendidikan Queensland misalnya, mengintegrasikan pendekatan ini dengan lima faktor yang menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna, yaitu belajar aktif, belajar konstruktif, belajar intens, belajar otentik, dan kolaboratif yang menegaskan pernyataan bahwa pembelajaran eksploratif lebih menekankan pada pengalaman belajar daripada pada materi pelajaran.
Dari pengalaman menggunakan model kooperatif dan kolaboratif dalam praktek pembelajaran pengelolaan kelas ternyata mampu meningkatkan kinerja belajar siswa dalam melakukan langkah-langkah eksploratif.
Model pembelajaran ini dapat dikembangkan melalui bentuk pertanyaan. Seperti yang dikatakan oleh Socrates bahwa pertanyaan yang baik dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan lebih mendalam.
Eksplorasi merupakan proses kerja dalam memfasilitasi proses belajar siswa dari tidak tahu menjadi tahu. Siswa menghubungkan pikiran yang terdahulu dengan pengalaman belajarnya. Mereka menggambarkan pemahaman yang mendalam untuk memberikan respon yang mendalam juga. Bagaimana membedakan peran masing-masing dalam kegiatan belajar bersama. Mereka melakukan pembagian tugas seperti dalam tugas merekam, mencari informasi melalui internet serta memberikan respon kreatif dalam berdialog.
Di samping itu siswa menindaklanjuti penelusuran informasi dengan membandingkan hasil telaah. Secara kolektif, mereka juga dapat mengembangkan hasil penelusuran informasi dalam bentuk grafik, tabel, diagram serta mempresentasikan gagasan yang dimiliki.
Pelaksanaan kegiatan eksplorasi dapat dilakukan melalui kerja sama dalam kelompok kecil. Bersama teman sekelompoknya siswa menelusuri informasi yang mereka butuhkan, merumuskan masalah dalam kehidupan nyata, berpikir kritis untuk menerapkan ilmu yang dimiliki dalam kehidupan yang nyata dan bermakna.
Melalui kegiatan eksplorasi siswa dapat mengembangkan pengalaman belajar, meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan serta menerapkannya untuk menjawab fenomena yang ada. Siswa juga dapat mengeksploitasi informasi untuk memperoleh manfaat tertentu sebagai produk belajar.

Elaborasi
Kognitivisme memiliki beberapa cabang ilmu, di antaranya teori asimilasi, atribusi, pertunjukkan komponen, elaborasi, mental model, dan pengembangan kognitif. Teori elaborasi adalah teori mengenai desain pembelajaran dengan dasar argumen bahwa pelajaran harus diorganisasikan dari materi yang sederhana menuju pada harapan yang kompleks dengan mengembangkan pemahaman pada konteks yang lebih bermakna sehingga berkembang menjadi ide-ide yang terintegrasi. Pengertian ini dirumuskan Charles Reigeluth dari Indiana University dan koleganya pada tahun 1970-an. Konsep ini memiliki tiga kata kunci yang fokus pada urutan elaborasi konsep, elaborasi teori, dan penyederhanaan kondisi.
Pembelajaran dimulai dari konsep sederhana dan pekerjaan yang mudah. Bagaimana mengajarkan secara menyeluruh dan mendalam, serta menerapkan prinsip agar menjadi lebih detil. Prinsipnya harus menggunakan topik dengan pendekatan spiral. Sejumlah konsep dan tahapan belajar harus dibagi dalam “episode belajar”. Selanjutnya siswa memilih konsep, prinsip, atau versi pekerjaan yang dielaborasi atau dipelajari.
Pendekatan elaborasi berkembang sejalan dengan tumbuhnya perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa sebagai kebutuhan baru dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran. Dari pikiran Reigeluth lahirlah desain yang bertujuan membantu penyeleksian dan pengurutan materi yang dapat meningkatkan pecapaian tujuan. Para pendukung teori ini juga menekankan pentingnya fungsi-fungsi motivator, analogi, ringkasan, dan sintesis yang membantu meningkatkan efektivitas belajar. Teori ini pun memberikan perhatian pada aspek kognitif yang kompleks dan pembelajaran psikomotor. Ide dasarnya adalah siswa perlu mengembangkan makna kontekstual dalam urutan pengetahuan dan keterampilan yang berasimilasi.
Menurut Reigeluth (1999), teori elaborasi mengandung beberapa nilai lebih, seperti di bawah ini.
• Terdapat urutan instruksi yang mencakup keseluruhan sehingga memungkinkan untuk meningkatkan motivasi dan kebermaknaan.
• Memberi kemungkinan kepada pelajar untuk mengarungi berbagai hal dan memutuskan urutan proses belajar sesuai dengan keinginannya.
• Memfasilitasi pelajar dalam mengembangkan proses pembelajaran dengan cepat.
• Mengintegrasikan berbagai variabel pendekatan sesuai dengan desain teori.
Teori elaborasi mengajukan tujuh komponen strategi yang utama, (1) urutan elaborasi (2) urutan prasyarat belajar (3) ringkasan (4) sintesis (5) analogi (6) strategi kognitif, dan (7) kontrol terhadap siswa. Komponen terpenting yang melandasi semua itu adalah perhatian.
Semua stratregi itu harus berlandaskan pada materi dalam bentuk konsep, prosedur, dan prinsip. Hal itu terkait erat dengan proses elaborasi yang berkelanjutan, melibatkan siswa dalam pengembangan ide atau keterampilan dalam aplikasi praktis. Strategi ini memungkinkan siswa untuk menambahkan sendiri ide dalam menguatkan pengetahuannya. Contoh yang tepat untuk ini adalah peserta didik yang memiliki daftar contoh konsep atau sifat yang dapat bermanfaat.

Konfirmasi
Kebenaran ilmu pengetahuan itu relatif. Sesuatu yang saat ini dianggap benar bisa berubah jika kemudian ditemukan fakta baru yang bertentangan dengan konsep tersebut. Oleh karena itu, sikap keilmuan selalu terbuka dalam memperbaiki pengetahuan sebelumnya berdasarkan penemuan terbaru. Sikap berpikir kritis dan terbuka seperti itu telah membangun sikap berpikir yang apriori, yaitu tidak meyakini sepenuhnya yang benar saat ini mutlak benar atau yang salah mutlak salah. Semua dapat berubah.
Cara berpikir seperti itu tercermin dalam istilah mental model yang mendeskripsikan sikap berpikir seseorang dan bagaimana pikirannya berproses dalam kehidupan nyata. Hal tersebut merepresentasikan proses perubahan sebagai bagian dari persepsi intuitif. Mental model itu membantu seseorang dalam mendefinisikan maupun menetapkan pendekatan untuk memecahkan masalah (wikipedia). Dengan sikap berpikir seperti itu siswa dapat mengembangkan, mengembangkan ulang, dan menggugurkan pengetahuannya jika telah menemukan kebenaran yang lain.
Mental model itu juga dapat melahirkan keraguan terhadap informasi yang diperolehnya. Untuk meningkatkan keyakinan akan kebenaran maka siswa dapat difasilitasi dalam mengembangkan model struktur sseperti pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi atau klarifikasi.
Model ini dapat dinyatakan dalam diagram seperti tertuang di bawah ini meliputi enggage, explore, explain, extend, dan berpusat pada pengembangan kemampuan mengevaluasi sebagaimana yang dikembangkan Anthony W. Lorsbach dari Universitas Illinois sebagai berikut
Saya perlu mengetahui lebih banyak mengenai……..
Saya ragu mengenai ….
Saya tidak yakin bahwa …..
Saya perlu memahami lebih dan menerapkan …….
Dalam prakteknya guru meningkatkan kemampuan ini melalui pengembangan materi. Baik mengenai hal apa yang ingin diketahui siswa lebih jauh, seperti apa tingkat pemahaman dan penguasaan yang ingin dikembangkan dan keraguan apa yang melekat dalam pemahaman tersebut.
Sikap keraguan itu perlu dijawab dengan mengkonfirmasikan terhadap unsur-unsur yang dapat meningkatkan kejelasan atas kebenaran suatu informasi. Siswa melakukan uji kesahihan apakah informasi yang dijadikan landasan kesimpulan itu benar-benar kuat.
Penguatan itu sendiri diperoleh melalui kegiatan eksplorasi melalui perluasan pengalaman, elaborasi melalui sharing dan observation, proses dan genaralisasi dan akhirnya siswa menerapkan pembelajaran yang berstandar dengan merujuk pada paradigma kognitifisme.

Lanjutkan ... → Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi …?
 

Blogger news

Blogroll

Most Reading