
Dinyatakan pula bahwa aspek-aspek yang menjadi kajian teknologi pembelajaran bukan saja membahas dimensi pemanfaatan media pembelajaran saja, tetapi juga meliputi desain, pengembangan, pengelolaan, pemanfaatan, dan evaluasi proses dan sumber pembelajaran untuk keperluan pembelajaran. Seels dan Richey dalam Anik Ghufron (2004: 3), kawasan teknologi pembelajaran meliputi pengembangan, desain, evaluasi, pemanfaatan, dan pengelolaan.
Anik Ghufron (2004: 4) mengutarakan bahwa eksistensi teknologi pembelajaran tidak bisa dilepasakan dari proses pembelajaran. Dinyatakan pula bahwa banyak elemen pembentuk kegiatan pembelajaran yang perlu diperhatikan dalam mengaplikasikan teknologi pembelajaran. Elemen tersebut antara lain (1) jenis materi pembelajaran, (2) sifat atau karakteristik pebelajar, (3) organisasi pembelajaran, (4) ketersediaan sarana, dan (5) kemampuan praktisi.
Anik Ghufron (2004: 4) mengutarakan pula bahwa salah satu cara agar diperoleh kemudahan dalam menentukan domain teknologi pembelajaran perlu diawali dengan pemetaan aspek-aspek dan kegiatan pembelajaran. Domain pengembangan tidak bisa lepas dari desain, pemakaian, evaluasi dan pengelolaan. Dalam menentukan penggunaan multimedia pembelajaran perlu dipikirkan dengan baik. Multimedia pembelajaran yang baik diperlukan langkah-langkah perancangan dan pengembangan multimedia pembelajaran yang baik pula. Perlu pemahaman bahwa informasi bahan ajar yang terkemas dalam Compact Disk (CD) berupa multimedia interaktif yang berfungsi membantu membelajarkan peserta didik secara sistematis, terarah sesuai tujuan, yaitu kompetensi yang telah ditetapkan.
Bahan ajar berupa multimedia interaktif hasil penelitian ini dilengkapi dengan soal tes (test). Multimedia interaktif yang dikembangkan ini adalah berisi bahan ajar yang dihasilkan oleh peneliti yang bekerja dengan baik, menerapkan prinsip-prinsip pengembangan dengan mengadaptasikan model desain pembelajaran Dick dan Carey (2001: 36-37). Dalam hal ini peneliti juga melakukan penelitian/kajian tentang multimedia tersebut dengan baik, maksudnya dibuatkan ilustrasi dan didesain dengan baik, melalui uji coba, diedit dengan baik (well-researched, well- tested, well-edited, well-illustrated, and well designed), dengan melibatkan tenaga-tenaga yang kompeten dalam suatu tim. (Purwanto dan Ida Malati Sadjati, 2003: 3).
Pelaksanaan Penelitian Pengembangan, karena sifatnya yang berorientasi pada pengembangan produk pendidikan atau produk pembelajaran, maka pelaksanaan penelitian dapat dilakukan secara bertahap (Waldopo, 2002: 41). Lebih lanjut menyatakan ”Dalam melaksanakan penelitian tentunya peneliti tidak dapat melaksanakannya sendirian, melainkan harus melibatkan berbagai pakar sesuai dengan jenis produk yang akan dikembangkan”. Wasis D. (2004: 5) menyatakan bahwa konsep penelitian pengembangan lebih tepat diartikan sebagai upaya pengembangan yang sekaligus disertai dengan upaya validasi.
Borg & Gall (2003: 569) menyatakan bahwa evaluasi memegang kunci dalam penelitian dan pengembangan. Penelitian dan pengembangan merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan produk-produk yang berbasis pengembangan yang mempergunakan penemuan-penemuan penelitian dalam mendesain produk dan prosedur baru. Yang kemudian dilakukan uji lapangan secara sistematik, dievaluasi dan diperbaiki sampai ditemukan kriteria kualitas atau standar tertentu. Penelitian dan pengembangan dapat digunakan dalam pendidikan. Wasis D. (2004: 4) menyatakan bahwa penelitian pengembangan adalah pemakaian secara sistematik pengetahuan ilmiah yang diarahkan pada produksi bahan, piranti, system, metode, termasuk proses perancangan prototipe-prototipe.
Borg dan Gall (2003: 570) mengutarakan bahwa salah satu pengunaan model research dan Development dalam pendidikan adalah pada model sistem pendekatan yang didesain Walter Dick dan Lou Carey. Dick dan Carey (Borg dan Gall, 2003: 572) menganjurkan tiga tingkatan proses evaluasi formatif: (1) mencobakan prototipe material secara one to one, (2) uji coba small group, (3) uji coba lapangan (field trial). Lima tahapan generik pengembangan sistem pembelajaran yang diajukan Purwanto dan Ida Malati Sedjati (2003:3) yang disebut ADDIE model dalam perancanan dan pengembanan bahan ajar adalah sebagai berikut: (1) analisis, (2) perancangan, (3) pengembangan dan produksi, (4) imlementasi, (5) evaluasi.
Sugiono (2006: 414) menyatakan bahwa uji coba produk dilakukan setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para ahli lainnya, dari uji coba dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan yang ditemukan selanjutnya dipergunakan oleh peneliti untuk perbaikan produk. Pada uji coba pemakaian sasaran yang dinilai adalah kekurangan atau hambatan yang muncul untuk perbaikan lebih lanjut (Sugiono, 2006: 426). Arief S. Sadiman (2003: 182) menyatakan ada dua macam bentuk pengujicobaan media yang dikenal yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Kegiatan evaluasi dalam program pengembangan media pendidikan dititikberatkan pada kegiatan evaluasi formatif. Ada tiga tahap evaluasi formatif yaitu satu lawan satu (one to one), evaluasi kelompok kecil (small group evaluation), evaluasi lapangan (field evaluation).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar